3. SERDADU CEMPAKA

18.9K 1.9K 464
                                    

3. SERDADU CEMPAKA

HUJAN deras mengguyur SMA Cempaka sore ini. Rintik hujan mengalir dari atas genting jatuh membasahi tanah. Bel pertanda pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi. Namun masih banyak murid yang memilih berteduh sembari menunggu hujan terang.

Hari ini, harusnya ekstrakulikuler basket di adakan di lapangan outdoor, namun karena hujan yang mengguyur, membuat anak-anak basket kini duduk-duduk di koridor dekat lapangan.

Ekstrakulikuler basket masuk ke dalam kategori ekstrakulikuler yang banyak diminati selain voli dan juga futsal. Rajendra Anantadewa yang menjabat sebagai kapten basket pada periode ini juga tidak kalah tampan dari seorang Cakrawala Manggala.

Rajendra, Embun cukup mengenal laki-laki itu. Pria tampan dari kelas XI IPA 4. Terkenal dengan kecerdikannya saat sudah berhadapan dengan bola berwarna oren. Satu sekolahan juga sepertinya akan mengenalnya. Tampan, atletis, dan berbakat, siapapun juga akan jatuh cinta jika melihat laki-laki itu.

Tatapan mata Embun sedari tadi tidak teralihkan dari laki-laki itu. Dia sama sekali tidak menaruh hati pada Rajendra, perasaannya benar-benar hanya sekadar kagum saja. Senyuman manis laki-laki itu benar-benar membuat kaum hawa akan meleleh.

"Rajendra ganteng banget ya, Mbun? Kamu lihat dia sampai enggak kedip gitu." Suara seorang gadis membuat Embun menolehkan kepalanya. Dia menjadi salah tingkah sendiri melihat Karina yang kini menunjukkan senyuman penuh artinya.

Dia pikir Karina sudah pulang, namun gadis itu masih di sini ternyata.

"Kamu buat aku kaget, Rin." Embun mendengus kesal.

"Kamu aja yang terlalu fokus sama Rajendra, sampai-sampai aku datang kamu enggak tahu deh." Karina kini duduk di bangku panjang bersebalahan dengan Embun.

"Naksir ya kamu sama dia?" tanya Karina sembari menoel-noel pipi Embun menggoda gadis itu.

"Naksir sama siapa? Sama Rajendra? Ya enggak lah, Karin. Cuma sekadar kagum aja enggak ada perasaan lebih kok."

"Ih ya ampun lebih aja juga enggak papa lho. Dia juga ganteng gitu. Mana perutnya juga kotak-kotak." Karina berkata sambil menaik-turunkan alisnya menggoda Embun. Gadis itu terkekeh geli.

Embun menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Istighfar kamu, Rin!"

"Sesekali bahas ginian enggak papa tahu! Lihat cogan itu bagaikan vitamin! Bosan tahu kalau lihat buku mulu! Otak aku itu berasa lebih fresh kalau habis bahas tentang cogan. Lagian ya, Rajendra emang ganteng banget. Kalau lihat dia lagi tanding basket, beuh, tingkat kegantengannya langsung auto nambah! Keringatnya itu lho. Aduh jadi pengen bantu ngelap!"

Karina tertawa keras setelah mengucapkan kata-kata itu. Dia tidak menyangka kata-kata seperti itu akan keluar dari mulutnya.

Karina itu bisa dibilang penggemar berat seorang Rajendra Anantadewa. Dia selalu menyempatkan waktunya kala Rajendra sedang bertanding. Pesona laki-laki itu benar-benar tidak bisa ditolak! Karina senyum-senyum sendiri membayangkannya.

"Yang bakal jadi ceweknya dia pasti beruntung banget sih ya. Secara aku lihat-lihat, dia itu kayak menghargai perempuan terus peduli juga sama teman-temannya. Dia juga kayaknya enggak neko-neko. Pintar, tampan, kaya, baik hati, duh ya ampun Rajendra pengen aku karungin deh." Jiwa kagum Karin kepada Rajendra semakin menggebu-gebu. Gadis itu benar-benar fans garis keras seorang Rajendra sepertinya.

Embun menggelengkan kepalanya pelan, "Deketin aja sana, Rin, siapa tau dia juga suka sama kamu."

Karina spontan melebarkan kepalanya, "Dia suka sama aku itu enggak mungkin banget deh Embun! Gini-gini aku mah sadar diri aja kalau enggak bakal bisa raih orang sesempurna dia. Cukup jadi pengagum dalam dia aja deh aku nih. Seorang Rajendra mah enggak mungkin mau sama modelan kentang kayak aku!"

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now