39. PERUBAHAN

25.1K 2.3K 1.1K
                                    

39. PERUBAHAN

PELAJARAN matematika baru saja selesai ditandai dengan bunyi bel istirahat. Embun menyenderkan punggungnya ke kursi. Dia memijit keningnya yang terasa sedikit pening karena materi yang baru saja di berikan oleh guru.

Jika dulu Embun lebih sering menghabiskan waktu istirahatnya di kelas, saat ini benar-benar berbeda. Akhir-akhir ini dia sering makan di kantin bersama Gemintang dan para sahabatnya.

Gadis itu perlahan sudah mencoba keluar dari zona nyamannya. Perubahan demi perubahan juga mulai terlihat. Mulai dari penampilan, gaya bicara, dan yang lainnya. Embun yang dulu bisa dibilang pemalu saat bertemu dengan orang baru kini terlihat berubah.

Relasi pertemanannya kini bisa dibilang sangat baik. Jika dulu hanya Karina seorang yang menjadi temannya, kali ini sangat berbeda setelah kepergian gadis itu.

Aura positif seorang Embun Cendana yang memancar membuat banyak orang nyaman jika berada di samping gadis itu. Pintar, murah senyum, cantik, tulus, dan baik hati, membuat namanya semakin dikenal banyak siswi.

Setelah rentetan peristiwa yang membuat dirinya depresi dan sedikit trauma, kini gadis mulai bangkit dari keterpurukannya dengan tampilan yang baru. Semua orang kini seakan tidak ada lagi yang berani menjatuhkan dirinya karena banyaknya orang yang mendukung dirinya.

Khatulistiwa, Gemintang, Rama, Yoga, Kinan, Aurora, Violet, Bulan, Lintang, bahkan sampai Rajendra, benar-benar melindungi Embun dari serangan siswi-siswi yang terkena hasutan Savana Kencana.

Embun tersenyum tipis mengingat berbagai kejadian. Menghela napasnya pelan, gadis itu berdiri dari duduknya guna berjalan menuju kantin.

Baru saja keluar dari kelas, dia terkejut saat melihat Cakrawala terlihat menunggu dirinya di sana

"Ayo ke kantin sama aku, Mbun." Cakrawala membuka suaranya. Sudut bibirnya tertarik membentuk lengkungan indah.

"Aku?" Embun dibuat kaget saat Cakrawala mengunakan 'aku-kamu' dengan dirinya. Dahinya mengernyit heran. Ada apa dengan laki-laki itu?

"Mulai hari ini aku bakal pakai 'aku-kamu' kalau ngomong sama kamu." Cakrawala tersenyum tipis.

"Biar apa pakai gituan?" Dia menaikkan alisnya meminta penjelasan.

"Ya enggak apa-apa. Aku cuma pengen aja. Bukannya orang kalau pacaran biasanya pakai 'aku-kamu'?" Laki-laki itu bertanya.

"Cak, kita udah mantan." Embun menekankan suaranya.

Menghembuskan napasnya pelan, Cakrawala kini menatap Embun serius. "Selagi kamu belum menikah sama orang lain, kita masih ada kesempatan buat balikan, Mbun." Laki-laki itu berkata sembari tersenyum manis.

"Buat apa kita balikan, Cak? Kenapa enggak berjuang di jalan masing-masing aja dan lupain semuanya?" Embun bertanya.

"Aku saat ini juga lagi berjuang, Embun. Aku berjuang buat luluhin hati kamu lagi. Yang pasti bakal sulit."

Embun menghela napasnya kasar. "Cak, kita udah selesai. Waktunya buat buka lembaran baru. Jangan terpaku sama masa lalu." Gadis itu berkata dengan nada sedikit kesal.

"Kita enggak bakal pernah selesai sebelum aku benar-benar menyerah." Cakrawala berkata kepada Embun.

"Kita udah selesai, Cak!" Embun berteriak kesal.

"Aku enggak bakal nyerah buat dapatin kamu lagi." Cakrawala memelankan suaranya. Nadanya kini terdengar begitu lirih. Tangannya kini berusaha meraih tangan Embun yang langsung ditepis kencang oleh gadis itu.

"Aku tahu aku udah buat hancur semuanya, tapi aku bakal berusaha buat perbaiki ini semua. Masih ada harapan buat kita bareng, kan, Mbun?" Cakrawala bertanya pelan.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now