26. KEDUA KALINYA

19.8K 1.8K 705
                                    

26. KEDUA KALINYA

DINGINNYA angin malam serasa menembus ke pori-pori seorang Cakrawala Manggala. Di bawah gelapnya langit kota Jakarta, laki-laki itu memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Keahliannya menggunakan motor memang tidak perlu diragukan lagi. Dia meliuk-liukkan kendaraannya itu menyalip kendaraan yang lain.

Jalanan ibukota nyatanya memang tidak pernah sepi. Masih banyak kendaraan yang berlalu lalang meski sudah hampir larut malam.

Laki-laki yang kini menggunakan slayer untuk menutupi bagian mulutnya itu menepikan motornya saat melihat penjual nasi goreng. Dia memesan satu bungkus guna diberikan untuk Karina yang sedang sakit saat ini. Setelah sudah siap, dia kembali melajukan motornya dan berhenti lagi di apotek untuk membeli obat.

Angin malam yang terasa menerpa wajahnya membuat pria itu semakin kebingungan sendiri. Dia bertanya-tanya, apakah keputusannya lebih memilih Karina untuk saat ini adalah pilihan yang terbaik?

Argh! Persetan jika keputusannya saat ini salah! Fokusnya saat ini hanyalah Karina.

Pikiran Cakrawala saat ini benar-benar bercabang pada dua hal. Karina dan Embun. Keduanya benar-benar membuatnya gila seperti sekarang. Masalahnya dengan Embun belum kelar dan kini malah dia semakin parah karena laki-laki itu lebih memilih datang kepada Karina.

Kepalanya terasa berdenyut nyeri.

Rumah megah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi kini menyambut kedatangan Cakrawala. Gerbangnya tidak ditutup seakan-akan mempersilahkan dirinya untuk masuk. Laki-laki itu lalu melajukan motornya untuk masuk ke halaman depan yang begitu luas milik rumah itu.

Melepas helm dan slayer miliknya cepat, Cakrawala mengambil kantong kresek yang berisi nasi goreng dan obat tadi dengan secepat kilat. Laki-laki itu berlari menerobos masuk ke kediaman Karina tanpa permisi karena Karina sendiri yang bilang untuk langsung masuk saja.

"Karin!" Cakrawala berteriak kala sudah sampai di ruangan rumah milik Karina. Dia melihat Karina yang kini tampak begitu pucat sedang memegangi perutnya sendiri.

Cakrawala kini setengah memeluk tubuh gadis itu.

"Cak, sakit." Karina merintih.

"Kamu udah minum obat?" Laki-laki itu bertanya dengan nada yang begitu cemas.

Karina menggeleng pelan.

"Tahan ya. Aku ambil air putih dulu." Cakrawala berdiri dari duduknya meninggalkan Karina dan berjalan menuju dapur yang letaknya hanya berada di sebelah ruangan tadi.

Tak perlu waktu lama, laki-laki itu kini sudah kembali dan membantu Karina untuk minum.

"Kamu tadi udah makan?" Cakrawala bertanya.

Lagi-lagi Karina menggeleng lemah. "Belum sama sekali."

Menghela napasnya pelan, Cakrawala lalu mengambil sebungkus nasi goreng yang tadi dia belikan untuk Karina. Tidak pedas tentunya.

"Makan dulu, aku suapi." Tangan laki-laki itu kini bergerak menyendok nasi.

Dengan sangat lemah Karina membuka mulutnya. Gadis itu mengunyah pelan sembari menatap wajah Cakrawala yang begitu dekat dengannya. Malam ini, laki-laki itu terlihat begitu tampan.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now