34. RAHASIA

26.5K 2.7K 2.1K
                                    

34. RAHASIA

CAKRAWALA mengusap darah yang keluar dari bibirnya akibat pukulan telak yang dilayangkan oleh Gerhana Alderian, sahabatnya. Rasa perih begitu menjalar di sana mengantarkan sensasi sakit tak terhingga. Gerhana memukuli dirinya dengan membabi buta tanpa berhenti sedikitpun, dan Cakrawala tidak membalas sama sekali karena dia begitu pantas mendapatkan ini

"Balas pukulan gue, Cak! Jangan jadi cowok pengecut lo!"

"Bajingan! Lo itu kenapa sebenarnya?!" Gerhana berteriak dengan nada begitu kesal.

Amarah benar-benar menguasai dirinya. Apalagi saat melihat Cakrawala yang hanya diam tanpa ada niatan sama sekali untuk membela diri.

"Lo sampai tega dorong Violet sama Aurora gara-gara buat Karina doang? Bangsat!" Gerhana menatap Cakrawala dengan tatapan penuh permusuhannya. "Gue tanya sama lo, kenapa lo sampai lakuin itu, hah? Lo benar-benar bukan Cakra yang gue kenal!"

Laki-laki itu baru saja kembali dari SMA Cenderawasih guna mengikuti technical meeting untuk turnamen voli yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat. Cakrawala sebenarnya juga ikut tadi, namun laki-laki itu memilih untuk kembali terlebih dahulu dan menyisakan dia, Rifqi, dan Bintang.

Ketiga laki-laki itu benar-benar dibuat kaget tidak percaya saat menginjakkan kakinya di kelas dan melihat Violet yang tengah membantu Aurora mengobati lukanya akibat dorongan Cakrawala. Wajah emosi tercetak jelas kala Violet menceritakan kejadian dari awal hingga akhir. Mulai dari pengeroyokan Embun hingga berakhir adu mulut antara mereka dan Cakrawala.

Gerhana yang benar-benar sudah sangat tersulut emosi langsung mendatangi Cakrawala yang ternyata sedang memilih sendirian di GOR voli sekolah. Tanpa basa-basi lagi, laki-laki itu langsung melayangkan pukulan telaknya.

"Lo kesurupan apa sampai berani kayak gitu ke Violet sama Aurora? Kita udah sahabatan lebih dari 3 tahun, Cak, dan lo malah pilih belain si Karin?! Bajingan lo!" Lagi dan lagi Gerhana meninju wajah Cakrawala.

Cakrawala tampak terbatuk pelan. Jarinya kembali bergerak untuk mengusap darah yang kembali mengucur di sana.

"Jawab gue! Apa alasan lo sebenarnya lakuin ini semua?! Jangan sembunyiin masalah lo sendirian, Cak! Lo masih punya sahabat. Kita bakal bantu kalau lo ada masalah apapun itu. Jangan buat gue seakan-akan jadi sahabat yang enggak ada gunanya!"

Gerhana mencengkram kerah kemeja Cakrawala kuat agar pria pecundang itu mau bertatap wajah dengannya.

"Ger, gue enggak bisa cerita." Cakrawala menjawab dengan pelan.

Gerhana semakin mengencangkan cengkramannya. "Apa yang buat lo enggak bisa cerita? Lo diancam sama orang?" Gerhana kembali bertanya dengan nada tingginya. "Bilang ke gue, Cak! Semua ada hubungannya sama Karina, kan?"

Gerhana benar-benar marah besar. Selama ini, dia sudah berusaha mati-matian untuk tidak ikut campur masalah yang tengah dihadapi oleh sahabatnya itu, namun nyatanya masalah ini semakin melebar kemana-mana dan Cakrawala terlihat tidak bisa mengatasinya.

"Gue tahu lo enggak sejahat itu, Cak. Gue percaya kalau ada alasan yang membuat lo jadi kayak gini. Kita sahabatan bukan cuma sebulan dua bulan. Kita udah temenan bahkan lebih dari 3 tahun, Cak! Gue kenal lo. Gue tahu lo aslinya orang baik, tapi kenapa lo dalam tiga bulan ini berubah? Ada apa sebenarnya?" Gerhana berteriak cukup kencang. Suaranya terdengar menggema di GOR ini.

Cakrawala masih diam seakan-akan enggan membagi luka dan rahasia yang selama ini dia sembunyikan. Laki-laki itu hanya tidak mau sahabatnya ikut tertarik dalam masalah ini.

"Apa yang terjadi antara lo sama Karin tiga bulan yang lalu?" Gerhana membuka suaranya setelah mereka berdua terdiam cukup lama. Tatapan laki-laki itu masih saja tajam seperti sejak pertama kali melayangkan pukulannya ke wajah Cakrawala Manggala.

CAKRAWALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang