4. KELUARGA MANGGALA

18.5K 1.7K 74
                                    

4. KELUARGA MANGGALA

CAKRAWALA baru saja sampai di rumahnya kala jam menunjukkan pukul 17.25. Selepas mengantarkan Karina, laki-laki itu mampir sebentar ke rumah Aurora untuk memberikan gadis itu cokelat. Walaupun memang tidak satu truk, namun Aurora masih tidak percaya laki-laki tukang tipu seperti Cakrawala ini masih menempati janjinya untuk membelikannya cokelat.

Aurora Anggara, gadis itu sudah menjalin persahabatan dengan Cakrawala sejak bangku SMP. Cakrawala mempunyai tiga sahabat perempuan, Aurora, Violetta, dan Caramela. Namun, satu sahabatnya yang tak lain dan tak bukan adalah Caramela Graceva kini memilih melanjutkan studinya di luar kota.

Cakrawala sudah menganggap ketiga gadis itu sebagai adiknya. Tidak ada perasaan lebih diantara persahabatan mereka. Ini juga sudah mereka tulis pada janji persahabatan yang dulu pernah mereka buat.

Langkah jenjang Cakrawala kini membawa dirinya memasuki rumah mewah dan megah ini. Matanya melihat adik perempuannya sedang menonton kartun di televisi. Dan sepupu perempuannya sedang memberi makan kucing di pojok ruangan.

"Kalau nonton tv itu jangan dekat-dekat, Cia! Nanti matanya minus harus pakai kacamata kayak orangtua!" Cakrawala mengangkat tubuh kecil Cia lalu dia dudukan di sofa.

"Ih kalau dari jauh enggak asik, Kak Cakra!" Cia memberontak sambil melayangkan pukulannya ke tubuh kakak keduanya itu. Anak kecil berumur 7 tahun ini memang tidak suka diatur.

"Kalau lihatnya dekat-dekat, nanti lama-lama Cia jadi sakit mata. Cia mau kalau nanti matanya sakit?" tanya Cakrawala yang kini duduk di lantai menatap adik kecilnya yang kini posisinya lebih tinggi karena duduk di sofa.

Cia menggelengkan kepalanya pelan.

"Nah makanya lihatnya dari sini aja. Kalau lihatnya dari sini, nanti kakak kasih kamu cokelat. Mau cokelat?" tanya Cakrawala.

"Cokelat? Ada banyak enggak? Cia mau kalau cokelatnya ada banyak!"

"Cium kakak dulu dong kalau mau cokelatnya." Cakrawala memajukan pipinya minta dicium oleh adik kecilnya itu. Dengan segera Cia melayangkan ciuman bertubi-tubi di pipi kakaknya itu.

Cakrawala terkekeh gemas melihat tingkah adik kecilnya itu. Dengan segera laki-laki itu membuka tasnya dan mengeluarkan kresek yang berisi banyak cokelat.

Mata Cia langsung berbinar melihat banyaknya cokelat yang kakaknya itu belikan.

"Nih buat Cia." Cakrawala memberikan dua batang cokelat untuk anak kecil itu.

"Yey! Makasih, Kakak Cakra." Cia berteriak girang. Dengan tangan kecilnya, gadis cilik itu langsung membuka bungkusan cokelat dan mulai memakannya.

"Ih cokelat buat gue mana?" todong Rara yang baru saja datang sembari menggendong kucing berawana putih dengan sedikit warna abu-abu di bulunya itu di pelukannya.

"Cium gue dulu kalau mau cokelat!" perintah Cakrawala.

"Najis! Mendingan gue enggak dapat daripada harus cium lo!" Rara melayangkan tatapan sinis.

"Ya udah kalau enggak mau buat Cia aja semua cokelatnya. Lagian ini masih banyak lho, Ra, yakin lo enggak mau?" Cakrawala memperlihatkan kresek putih yang berisikan banyak cokelat kepada Rara.

Rara melepaskan kucingnya. Anak kelas IX SMP itu melayangkan pukulannya kepada Cakrawala kesal.

"Kasih ke gue cepat!" teriak Rara kesal.

"Mintanya baik-baik dong. Panggilnya Kakak Cakra bukan pakai lo gue! Ingat ya lo itu masih bocil SMP jadi yang sopan sama gue yang lahirnya lebih duluan!"

CAKRAWALADonde viven las historias. Descúbrelo ahora