31. SKANDAL

28.4K 2.9K 1.7K
                                    

31. SKANDAL

PAGI ini, Embun berjalan dengan perasaan yang benar-benar tidak nyaman. Dia merasa bahwa kini semua pasang mata menatap dirinya dengan pandangan sinis. Dia sama sekali tidak mengetahui alasan di balik ini semua.

Entah ini hanya sekedar perasannya saja atau bukan, namun kini benar-benar semuanya menatap dirinya dengan tajam dan bisik-bisik terdengar di telinganya. Apakah dia ada salah? Atau apa? Mengapa semuanya jadi sinis kepadanya?

"Oh ini selingkuhan Cakra? Cih! Kampungan gini! Kalah jatuh dari Karin!"

Ucapan salah satu siswi terdengar di telinga Embun. Langkahnya mendadak terhenti. Selingkuhan Cakrawala? Mengapa siswi tersebut bisa berkata seperti itu? Ada apa sebenarnya?

"Karina apes banget sih berteman sama dia. Pacarnya malah ditikung sahabatnya sendiri. Parah!" Bisik-bisik dari mulut siswi lain terdengar sangat menyakitkan di hati Embun.

"Enggak sadar diri banget sih jadi orang. Gatel banget ew tikung sahabat sendiri. Enggak punya harga diri sama sekali apa gimana sih?" Suara siswi lain terdengar begitu jelas.

"Najis banget sama modelan orang yang kayak gitu. Udah mending-mending si Karin mau berteman sama dia, eh malah ditikung dari belakang. Aduh itu orang apa setan sih sebenarnya? Jahat banget."

Embun yang mulanya terpaku di tempatnya langsung segera berlari cepat di koridor melewati banyak siswi yang kini menatap dirinya tajam.

"Dasar pelakor!" Teriakan itu begitu menggema di koridor. Sorakan terdengar seiring Embun melangkah.

Tubuh Embun tersentak kaget kala ada sampah kertas yang kini di lemparkan dan tepat mengenai bagian lengannya. Gadis itu tidak menghiraukan dan terus saja berjalan, namun, yang kini dia dapatkan justru lebih parah.

Lemparan sampah kertas tidak berhenti mengenai tubuh bahkan kepalanya. Dengan kedua tangannya, Embun berusaha untuk melindungi dirinya sendiri.

"Pelakor kayak lo enggak pantas ada di sini! Lo itu pantasnya di tempat sampah aja sana!" Suara salah satu siswi begitu terasa menyakitkan saat masuk ke pendengaran Embun.

"Sampah sekolah! Masih kelas 11 aja udah jadi perebut pacar orang, gimana coba besok kedepannya! Jalang!"

Embun memejamkan matanya sembari terus berjalan cepat. Ucapan penuh kebencian tidak berhenti dari mulut siswi-siswi yang berada di sana. Lemparan kertas juga tak kunjung mereda.

BRUK!

Tubuh Embun kini tersungkur ke lantai saat ada kaki yang menjegal langkahnya. Suara tawa penuh ejekan kini terdengar begitu menggelar datang dari mulut para siswi Cempaka.

"Mampus rasain lo!"

"Pelakor emang pantas dapatin itu!" Lemparan kertas dilayangkan oleh orang yang baru saja mengucapakan kata itu.

Embun kini melihat bahwa ada salah satu siswi yang berjongkok di depannya. Dia sama sekali tidak mengenalnya. Tangan siswi yang entah siapa namanya itu kini mengangkat dagu Embun agar mau menatap matanya.

"Masih SMA udah jadi pelakor. Pasti tiap malam open bo ya lo? Berapa tarif lo sehari, hah?" Gadis itu tersenyum remeh. "Jalang!"

Embun mendorong tubuh gadis yang berada di depannya itu kuat. Walaupun kondisinya kini dia pasti kalah saing, namun dia tentu masih mempunyai harga diri. Kini harga dirinya benar-benar diinjak-injak oleh orang-orang yang mengerubungi dirinya.

"Jaga mulutmu!" Embun berkata tajam.

"Anjing! Berani ya lo sama gue?" Siswi itu murka. Dia merebut botol air mineral yang berada di sebelahnya lalu berniat menguyur Embun dengan itu.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now