42. HADIAH TERAKHIR

22K 2.4K 2.2K
                                    

42. HADIAH TERAKHIR

SETELAH kejadian hari itu, nyatanya kini Cakrawala benar-benar tidak mendekati Embun lagi. Pria itu tentu sadar diri dan sadar posisi jika hubungannya sudah benar-benar kandas dan tidak bisa diperbaiki. Embun sudah menjalin hubungan dengan Gemintang, dan ya dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk keduanya. Cakrawala benar-benar sudah mundur dan memilih memperhatikan gadis itu dari jauh.

Pagi ini seperti biasa, dia duduk di depan kelas bersama sahabatnya. Satu kebiasaan pria itu nyatanya tak lekang oleh waktu. Dia masih sering memotret Embun dengan ponselnya dari jarak jauh. Entah mengapa, dia tidak bisa jika sehari saja tidak memotret Embun karena baginya setiap momen harus diabadikan.

Baru saja dia membuka kameranya dan memotret Embun yang kini terlihat sedang tersenyum. Gadis itu sedang berjalan bersama Gemintang dan sahabatnya. Tawa gadis itu benar-benar terlihat merekah seperti tanpa beban.

Cakrawala kini melihat hasil potretannya. Tak lama setelah itu, bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman manis. Walupun hanya melihat dari foto saja, namun faktanya membuat hatinya merasakan bahagia.

"Cak." Violet membuka suaranya. Nadanya terasa begitu sedih. Sebagai sahabat, dia tentu paham dengan yang dirasakan oleh Cakra saat ini. Dan entah mengapa, dia ikut merasakan sakit saat melihat Cakrawala yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktunya membuka galeri dan memandangi wajah Embun atau tidak melamun.

"Kenapa?" Cakra menoleh menghadap Violet yang kini juga menatapnya. Alisnya terangkat seakan menunggu jawaban dari gadis itu.

Violet menggeleng. "Enggak papa. Enggak jadi." Gadis itu menjawab pelan. Melihat wajah Cakrawala, entah mengapa membuatnya serasa ingin menangis saat ini juga.

"Ngomong aja, Vi. Ada apa?" Cakrawala sudah mengantongi ponselnya. Laki-laki itu tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Violet.

"Gue ikut nyesek kalau lihat lo kayak gini." Gadis itu berkata jujur. "Move on aja yuk, Cak. Mungkin lo bisa lupain Embun dengan cara itu." Dia berkata pelan.

Cakra menggeleng. "Gue baik-baik aja, Violet. Jangan pernah kasihan sama gue, karena gue beneran enggak apa-apa." Dia merangkul bahu Violet.

"Enggak, Cak. Lo jauh dari kata baik-baik aja." Violet berkata kepada Cakra. "Jangan sok kuat, Cak. Gue enggak suka lihat lo yang sok kuat kayak gini. Kalau mau nangis-nangis aja, jangan ditahan." Gadis itu kembali membuka suaranya.

Cakrawala hanya bisa menggeleng. "Lo ingat prinsip gue, kan? Gue ikut bahagia kalau orang-orang yang gue sayang bahagia. Gue ikut bahagia kalau lo bahagia. Gue ikut bahagia kalau Aurora bahagia. Gue bahagia kalau lihat mama papa gue bahagia. Dan itu juga berlaku buat Embun. Gue bahagia lihat dia bahagia sama Gemintang."

"Di mulut emang lo bisa bilang gitu, tapi coba tanya hati lo, Cak. Gue tahu sakitnya lihat orang yang kita cinta malah sama orang lain. Sakit, Cak. Gue tahu itu karena gue juga pernah rasain." Aurora yang sedari tadi terdiam kini membuka suaranya. Suaranya terdengar bergetar seperti menahan tangisan.

Sama seperti Violet, dia juga tidak tega melihat Cakra yang seperti ini. Jika boleh jujur, dia lebih suka melihat Cakra yang brengsek daripada Cakra yang sok kuat seperti ini. Hatinya serasa ikut merasakan sakit yang sahabatnya itu rasakan.

Cakra lagi-lagi menggeleng. "Gue udah ikhlasin dia buat Gemintang." Pria itu berkata pelan.

"Gue yakin Gemintang bakal buat Embun bahagia. Karena belakangan ini, gue selalu lihat senyum di wajah Embun semenjak dia sama Gemintang. Sedangkan dulu pas dia masih sama gue, dia sama sekali kelihatan enggak bahagia. Jadi enggak ada alasan lagi buat gue enggak lepasin Embun."

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now