32. RATU DRAMA

25.4K 2.9K 3.7K
                                    

32. RATU DRAMA

EMBUN dibuat tersentak kaget saat tiba-tiba ada suara derap langkah masuk ke toilet. Dia memang saat ini berada di toilet untuk membasuh mukanya yang terasa begitu kering. Namun, gadis itu dibuat terkejut kala tiba-tiba Savana datang dan langsung menampar pipinya dengan begitu keras.

"Lo ternyata enggak ada kapoknya ya? Gue udah suruh lo lepasin Cakrawala kenapa batu banget sih jadi orang? Kenapa lo masih gatel ke Cakra, hah? Punya telinga enggak sih lo sebenarnya?"

Embun terkejut setengah mati. Dia sama sekali sudah tidak mendekati Cakrawala setelah memilih untuk putus dan mengakhiri segalanya, namun kenapa Savana bisa berkata seperti itu?

Dan kenapa Savana ini hobi sekali mencampuri urusannya?

"Ini akibatnya lo macam-macam sama gue! Masih berani sekarang lo?" Savana mendorong tubuh Embun ke lantai kamar mandi. Embun berusaha bangun dan menjawab ucapan Savana, namun kepalanya benar-benar terasa sangat pusing. Wajah Savana bahkan terlihat mulai samar-samar.

"Ini cuma peringatan kecil dari gue. Kalau lo masih mau macam-macam, gue bakal lakuin yang lebih dari ini." Savana tersenyum sinis. Gadis itu menendang tubuh Embun cukup keras lalu meninggalkan area toilet.

Tak lama setelah Savana keluar, terdengar derap langkah beberapa orang yang datang ke toilet. Napas Embun terasa tercekat kala mereka tiba-tiba mengguyur dirinya dengan air.

"Oh ini ternyata ceweknya Cakrawala? Eh ceweknya apa selingkuhannya sih? Najis banget jadi perusak hubungan orang lain!" Suara dari salah satu siswi terdengar sangat menyakitkan di telinga Embun. Embun tidak tahu siapa orang itu, dia dibuat kaget kala orang itu menjambak rambutnya.

"Cakrawala itu cocoknya sama Karin! Lo orang miskin enggak cocok buat dia! Dasar kampungan!" Lagi-lagi suara penuh ejekan terdengar. Tak lama setelah itu guyuran air terasa mengguyur tubuh Embun dengan deras.

"Lemah banget sih jadi orang. Rebut pacar orang aja bisa masak giliran ginian kicep. Lawan dong sini kalau berani." Embun merasakan kepalanya benar-benar pusing kala ada satu tangan yang kini kembali menarik rambutnya.

Embun benar-benar ingin melawan, namun dia tidak bisa! Kepalanya benar-benar terasa begitu pusing. Air matanya kini terasa mengalir bersamaan dengan guyuran air itu.

Gelak tawa terdengar sangat menggelegar. Semuanya menertawakan Embun yang kini benar-benar menyedihkan. Bajunya basah dan rambutnya tak lagi berbentuk.

"Lo itu udah miskin harusnya sadar diri dong kalau mau bersanding sama Cakra! Ngaca! Enggak mampu beli kaca ya? Dasar miskin!"

"Udah miskin jadi perebut pacar orang pula! Enggak punya harga diri banget sih jadi orang! Sadar diri dong kalau lo itu dilihat aja juga enggak bakal pantas buat Cakra!"

Kalimat-kalimat menyakitkan benar-benar terasa menusuk hati Embun. Dia dicap sebagai pelakor, padahal bukan itu yang sebenarnya. Embun tidak paham dengan orang jahat yang telah menyebarkan ini semua.

"Dasar pelakor! Mati aja lo sana!"

"Argh!" Embun berteriak kesakitan kala tubuhnya kini ditendang dan rambutnya dijambak terus menerus.

Embun tidak tahu harus berkata apa lagi saat banyak siswi yang mengerubungi dirinya menyiraminya dengan air dingin. Sekujur tubuhnya benar-benar sudah sangat lemah dan menggigil karena kedinginan. Kepalanya terasa pusing karena tadi sempat berbenturan dengan lantai saat Savana mendorongnya keras ditambah lagi dengan jambakan yang tidak manusiawi.

"Anjing! Minggir lo semua! Keroyokan aja beraninya!" Dengan jelas Embun bisa mendengar suara itu. Itu adalah suara Violet. Dia membelah kerumunan dan melayangkan siraman dan jambakan balik kepada siswi yang mengerubungi Embun. Gadis itu menyelamatkan nyawa Embun dari para siswi-siswi tadi.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now