40. SAKIT, HANCUR, DAN KECEWA

26.4K 2.4K 1.1K
                                    

40. SAKIT, HANCUR, DAN KECEWA

MELANGKAHKAN kakinya pelan keluar dari rumah, Embun dibuat terkejut kala melihat laki-laki bertubuh jangkung kini berdiri di depan pintunya. Gadis itu tersentak kaget melihat sosok Cakrawala Manggala pagi ini memampangkan batang hidungnya di depan rumahnya.

"Selamat pagi." Cakrawala membuka suaranya menyapa Embun.

Embun sama sekali tidak berniat membalas sapaan itu. Dia menatap malas ke arah pria di depannya.

"Ngapain kamu ke sini?" Embun bertanya sinis saat melihat Cakrawala yang kini berdiri di depan pintunya.  Embun benar-benar terkejut. Dia baru saja membuka pintunya karena sudah akan berangkat sekolah, namun malah melihat Cakrawala berada di sana.

"Mau jemput kamu. Ayo berangkat bareng." Senyum manis menghiasi wajahnya kapten voli SMA Cempaka itu.

Pagi ini, Cakrawala terlihat begitu segar. Tubuh bagian atasnya dibalut dengan jaket denim yang terasa sangat pas di sana. Rambut hitamnya terlihat acak-acakan seperti biasanya. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman manis.

Embun mengerutkan keningnya. Kesurupan apa laki-laki itu sampai-sampai mau meluangkan waktunya guna menjemput dirinya?

"Enggak perlu!" Embun menolak saat Cakrawala akan menarik lengannya.

Menghela napasnya pelan, Cakrawala kini menatap Embun. "Kenapa? Aku udah jauh-jauh ke sini demi kamu, Mbun."

"Aku bilang enggak ya enggak! Aku mending naik gojek aja daripada berangkat sama kamu." Embun memalingkan wajahnya.

"Naik gojek harus bayar, mending sama aku aja gratis dan dijamin aman selamat sampai tujuan." Cakrawala tersenyum.

Embun benar-benar tidak habis pikir saat ini. Mengapa Cakrawala Manggala yang biasanya berkata kasar, hobi membentak, dan tidak pernah senyum sama sekali kini malah berubah 180°?

"Ayo berangkat nanti keburu telat." Cakrawala membuka suaranya kembali setelah melihat Embun yang hanya diam saja.

Embun baru saja akan berbicara, namun suara klakson motor membuat gadis itu mengurungkan niatnya. 

"Gemintang?" Embun melihat sosok Gemintang yang ternyata datang mengendarai sepeda motor berwarna hitam.

Tangan Cakrawala mengepal melihat Gemintang di sana. Cemburu, kesal, dan rasa yang lainnya bercampur dalam hatinya.

"Ayo berangkat sama gue aja, Mbun!" Gemintang berteriak dari sana.

Embun mengangguk pelan.

"Aku berangkat sama Gemintang. Kamu pergi aja, Cak." Embun membuka suaranya dan menatap Cakrawala yang kini terdiam dengan rasa kesal yang menyelimuti hatinya.

"Aku yang datang buat jemput kamu lebih dulu, Mbun. Kenapa kamu pilih dia?" Cakrawala memelas. Nadanya terdengar lirih dan begitu kecewa. Dia sengaja bangun pagi agar bisa menjemput Embun dan datang ke sekolah bersamanya, namun mengapa gadis itu lebih memilih Gemintang yang bahkan baru saja datang?

"Ya karena dia lebih pilih gue, bukan lo! Lo mendingan cabut sana!" Gemintang mengusir Cakrawala dengan nada sinisnya.

Cakrawala tidak menjawab ucapan seorang Gemintang Kanagara. Laki-laki itu mencoba menetralkan emosi yang menggerogoti jiwanya.

Jika dia emosi, sudah tentu dia akan kalap dan kesetanan hingga berakhir membuat Embun semakin tidak mau untuk kembali membuka hatinya lagi. Satu hal yang bisa dia lakukan saat ini adalah bersabar.

"Mbun, aku yang datang lebih dahulu ke sini. Kamu enggak hargai perjuangan aku?" Cakrawala menatap Embun yang kini juga menatapnya.

"Enggak ada yang suruh kamu buat datang ke sini, Cak, ngapain kamu repot-repot jemput aku?" Embun menaikkan alisnya.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now