16. PERTENGKARAN MALAM
PUKUL 17.25, Cakrawala baru saja sampai di depan gerbang rumah Karina. Laki-laki itu masih duduk di atas motornya sembari menunggu kedatangan Karina. Tadi, Cakrawala sudah mengirimkan pesan jika dia sudah sampai. Dan ya, kini dia tinggal menunggu Karina datang saja.
Suara gerbang dibukak membuat Cakrawala segera turun dari motornya dan menghampiri Karina. Gadis itu terlihat sederhana sore ini. Hanya dengan balutan kaos pendek berwarna putih dan celana jeans berwarna biru. Rambutnya dia cepol menggunakan jedai dan hanya menyisakan anak rambut di pinggir saja.
"Maaf, Cak, lama. Harus bantuin Mama dulu tadi." Karina tersenyum sembari mendekati Cakrawala. Keduanya kini mengobrol di depan gerbang.
"Enggak papa. Santai aja." Cakrawala membalas senyuman Karina. Laki-laki itu kini mengambil dua kantong kresek yang berisi pesanan Karina. Dia lalu menyerahkannya kepada Karin.
"Ah ya ampun. Makasih banyak, Cak. Maaf ya jadi ngerepoti. Aku tukar ya uangnya?" Karina merogoh dompet yang berada di sakunya, namun Cakrawala sudah kembali mengangkat suara.
"Enggak usah, Karin. Aku ikhlas kok." Tangan laki-laki itu menahan tangan milik Karina.
"Tapi aku enggak enak tahu, Cak! Udah ya kamu ambil aja nih."
Cakrawala menggeleng. "Enggak usah, Karina." Suara lembut Cakrawala membuat pipi Karina seketika memerah. Dia benar-benar tidak bisa jika mendengar suara lembut yang keluar dari mulut seorang Cakrawala Manggala.
"Okey okey. Sekali lagi makasih banyak ya." Karina kembali mengembangkan senyumnya.
"Aku pamit dulu ya, Rin. Bentar lagi udah mau Maghrib ini. Mama pasti udah cariin." Cakrawala mengelus pipi Karina pelan.
"Enggak mau mampir dulu? Mampir dulu aja sini, Cak. Makan malam bareng sama keluarga aku. Papa sama mama aku pasti senang kalau kamu ikut."
Menggeleng pelan, Cakrawala kini meraih helmnya. "Lain kali aja ya, Rin. Aku harus buru-buru soalnya."
Pada akhirnya Karina hanya bisa mengangguk pelan. "Hati-hati ya. Jangan ngebut-ngebut."
Cakrawala kini sudah berada di atas motornya. Tangannya sedang bergerak mengaitkan helmnya.
"Nanti malam kalau aku telepon jangan lupa buat di angkat ya, Cak. Aku susah tidur tahu kalau belum dengar suara kamu." Karina berkata kepada Cakrawala.
Cakrawala terkekeh pelan. "Siap, Tuan Putri. Aku pulang dulu ya."
Cakrawala menghidupkan mesin motornya. Laki-laki itu segera melajukan motornya meninggalkan area perumahan Karina. Dia melirik sekilas dari arah spion memperlihatkan Karina yang kini tersenyum sembari melambaikan tangannya.
Jalanan ibukota sepertinya memang tidak pernah sepi. Walaupun langit sudah gelap, namun tetap saja masih banyak kendaraan yang berlalu lalang. Udara malam ini terasa begitu dingin.
Ponsel di sakunya bergetar. Cakrawala memilih untuk menepi sejenak. Dia lalu merogoh sakunya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
Rifqi Dirgantara
Lo dimana, Sat
Buru ke rumah Gerhana
Selesain masalah kita sekarang
Jangan jadi pecundang
Pesan dari Rifqi membuat dirinya menghembuskan napasnya pelan. Setiap ada masalah, mereka memang terbiasa langsung menyelesaikannya dengan cara bertemu seperti ini. Karena menyelesaikan masalah saat kedua kubu masih sama-sama emosi sama saja tidak ada gunanya. Bukannya masalah selesai tapi malah menambah masalah. Dan kebiasaan dalam persahabatan mereka adalah menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar menemukan jalan keluar terbaik.
![](https://img.wattpad.com/cover/277407624-288-k240402.jpg)
YOU ARE READING
CAKRAWALA
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Embun Cendana terpaksa harus menelan kenyataan pahit kala melihat kekasihnya sendiri justru dekat dengan perempuan lain yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat dekatnya. Cakrawala Manggala, nama kekasihnya. Ketua tim...