28. KEPUTUSAN

24.7K 2.1K 788
                                    

28. KEPUTUSAN

SIANG ini Embun sedang sibuk dengan praktikum kimia. Dengan jas putih khas yang biasa digunakan oleh anak IPA saat praktikum, gadis itu terlihat sangat cantik saat ini. Rambutnya dia ikat menjadi satu di belakang agar tidak mengganggunya.

Tangan gadis itu bergerak lihai mengambil beberapa larutan kemudian mencampurkannya. Matanya mengamati perubahan yang terjadi di sana.

"Embun, aku udah selesai. Aku duluan ke kelas ya." Karina berkata kepada Embun yang sedang sibuk mencatat hasil praktikumnya.

Gadis itu mengangguk. "Iya duluan aja. Aku sebentar lagi juga selesai kok." Embun menjawab dengan senyuman.

Selepas kepergian Karina, Embun kembali melanjutkan tulisannya. Bel pertanda istirahat memang baru saja dibunyikan. Sudah sebagian anak IPA 1 yang sudah menyelesaikan praktikumnya kini kembali ke kelas.

Embun tersenyum senang kala laporannya sudah selesai. Gadis itu segera membereskan semuanya lalu berjalan meninggalkan area lab kimia.

Masih dibalut dengan jas lab putih, gadis itu melangkahkan kakinya pelan menuju kelas. Namun, mendadak ponsel yang dia berada di sakunya bergetar. Gadis itu berhenti sejenak lalu membukanya.

Strawberry boy

Lab bahasa sekarang

Dahi Embun mengerut. Untuk apa Cakrawala mengajaknya bertemu? Tanpa berniat membalasnya, Embun segera mengantongi ponselnya kembali.

"Eh si sad girl mau kemana?" Suara laki-laki terdengar di telinga Embun. Gadis itu memutar kepalanya dan melihat Gemintang berada di belakangnya sepertinya baru saja membuang sampah.

"Sad girl sad girl, panggil pakai itu lagi aku tampol ya kamu, Gem?" Gadis itu melayangkan tatapan malasnya kepada Gemintang yang kini malah tertawa melihat muka Embun.

"Kalem dong bunda!" Gemintang tertawa. "Pinjam jas lab, Mbun. Punya gue ketinggalan nih. Habis istirahat giliran kelas gue yang praktikum." Laki-laki itu menunjukkan senyuman tidak berdosanya.

"Pinjam? 1 jam 50.000."

Gemintang menyetil kening Embun cukup keras. "Mata duitan lo!"

"Kalau enggak mau sih ya udah. Aku juga enggak maksa." Embun berniat meninggalkan Gemintang. Dia takut jika Cakrawala menunggu terlalu lama karena laki-laki gila yang sedang berbicara dengannya ini.

"Eh eh! Jangan dong! Bisa dihukum nih gue kalau enggak pakai jas lab." Tangan Gemintang menahan Embun.

"Bukan urusanku." Embun berucap ketus. "Aku ada urusan, Gem. Penting nih."

"Astagfirullahalazim, Embun. Lo itu benar-benar enggak peduli kepada sesama teman ya. Nyawa gue terancam nih." Nada ucapan Gemintang benar-benar terdengar dramatis.

Embun memutar bola matanya malas. Daripada lebih lama terjebak bersama manusia gila ini, gadis itu lalu memilih untuk melepas jas labnya dan memberikannya kepada Gemintang.

"Kalau udah selesai balikin. Jangan sampai kotor!" Gadis itu memperingati Gemintang yang kini senyum-senyum sendiri seperti orang gila karena sudah berhasil mendapatkan pinjaman jas lab.

"Oke siap ibu ketua paguyuban sad girl SMA Cempaka." Gemintang melakukan pose hormat sembari tertawa mengejek.

Embun yang geram langsung menginjak kaki laki-laki itu dan segera berlari menjauhi spesies manusia gila seperti Gemintang.

Dia berlari cepat menuju lab bahasa. Gara-gara obrolan tidak berfaedahnya dengan Gemintang, waktunya untuk bertemu Cakrawala terbuang sia-sia.

Nafas Embun sampai tersengal-sengal kala dia sudah hampir sampai di dekat lorong lab bahasa. Namun, dia tidak peduli lagi. Dia tetap berlari sekuat tenaga.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now