15. BLOKIR

22.3K 1.9K 381
                                    

15. BLOKIR

CAKRAWALA sampai di rumahnya dengan muka yang tertekuk malas. Hari ini rasanya semua orang memancing emosinya. Dari mulai para sahabatnya hingga Khatulistiwa sialan itu. Dan yang paling membuatnya emosi hari ini adalah gadis yang tak lain adalah Embun Cendana. Oh gadis lugu itu, sudah mulai berani ternyata.

Tanpa memedulikan Rara yang sedang menonton film sembari memakan camilan di ruang keluarga, Cakrawala langsung berjalan naik ke kamarnya seakan tidak menanggap keberadaan sepupunya itu. Susana hatinya sedang tidak baik-baik saja saat ini, jangan sampai sepupu laknatnya itu ikut-ikutan membuat ini semua semakin memburuk.

Melepaskan dasi yang terasa mencekik lehernya, Cakrawala yang baru saja membuang tasnya asal langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. Laki-laki itu memijit keningnya yang terasa pusing. Hari yang menyebalkan.

Dia baru saja kembali dari mengantarkan Karina pulang. Tubuhnya benar-benar sudah minta diistirahatkan.

Ponsel yang masih ada di sakunya terasa bergetar, Cakrawala mendengus kesal. Laki-laki itu mengambilnya dan melihat siapa orang yang kini menelpon dirinya. Nama Karina terpampang di sana. Cakrawala menghembuskan napasnya pelan, lalu menjawab panggilan itu.

"Cak, kamu udah sampai rumah?" Suara Karina terdengar membuka percakapan.

"Udah baru aja. Kenapa, Rin?" Cakrawala menjawab pelan.

"Yah. Padahal aslinya mau aku suruh putar balik kalau belum sampai. Tapi ya udah deh enggak papa." Terdengar nada sedikit kesal di sana.

"Putar balik buat apa emangnya?" Cakrawala bertanya.

"Mau nitip beliin boba tadi sebenarnya. Tapi berhubung kamu udah sampai rumah ga jadi deh."

"Aku beliin. Kamu tunggu aja di rumah." Cakrawala berkata.

Karina terkejut. "Eh enggak usah, Cak. Aku enggak mau ngerepoti kamu."

"Udah enggak papa. Tunggu kira-kira 45 menit aku bakal udah sampai rumahmu." Cakrawala menutup sambungan teleponnya.

Menghembuskan napasnya pelan, Cakrawala segera berdiri dari posisi tidurnya. Laki-laki itu segera masuk ke kamar mandi untuk menguyur tubuhnya yang terasa lengket. Tidak lebih dari 10 menit waktu yang dibutuhkan Cakrawala untuk mandi. Laki-laki itu kini sudah keluar dari kamar mandi dengan kedua tangannya yang sibuk menggosok-gosokkan handuk ke kepalanya yang basah.

Dengan kaos hitam dipadukan dengan celana jeans berwarna senada, kini Cakrawala sudah terlihat lebih segar. Rambutnya yang belum sepenuhnya kering dia biarkan begitu saja. Menyemprotkan parfum adalah langkah terakhir sebelum dia beranjak. Laki-laki itu mengambil jaket yang tergantung di sana lalu segera beranjak meninggalkan kamar.

"Ma, Cakra pergi sebentar." Cakrawala berteriak karena sepertinya sang Mama sedang berada di dapur.

"Mau kemana? Pulangnya jangan lupa martabak manis kayak biasanya ya!" Rara menyahut dari tempat duduknya. Tentu saja tidak digubris oleh Cakrawala. Laki-laki itu sudah melangkahkan kakinya menuju garasi.

Sore ini dia lebih memilih menggunakan motor Kawasaki KLX 250 miliknya karena ingin merasakan terpaan angin sore yang menyejukkan hati. Cakrawala mengambil helm dan segera memakainya. Setelah semuanya siap, dia segera melajukan motor tersebut meninggalkan area perumahannya.

Walaupun tubuhnya sebenarnya capek, namun laki-laki itu seakan tidak tega jika tidak mengabulkan permintaan Karina. Dia akan merasa bersalah jika membuat Karina kesal karena keinginannya tidak terpenuhi.

Langit berwarna jingga seakan menemani perjalan Cakrawala. Jalanan ibu kota masih saja ramai saat ini. Dengan lihai, dia menyalip beberapa kendaraan yang seakan menghalangi jalannya.

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now