13. MISI BALAS DENDAM

21K 1.7K 166
                                    

13. MISI BALAS DENDAM

BEL pertanda jam istirahat telah berbunyi. Seperti kata Karina tadi, Embun baru saja melihat Cakrawala datang ke kelasnya guna menjemput gadis itu. Embun sempat melirik sebentar, namun dia segera memalingkan wajahnya dan berpura-pura sedang menulis sesuatu. Tadi, dirinya dan Cakrawala sempat beradu pandang sebelum akhirnya Embun memalingkan mukanya terlebih dahulu.

Mengeluarkan kotak bekalnya dari laci, senyuman Embun mengembang sempurna. Hari ini dia membawa kue stroberi untuk Khatulistiwa dan juga untuk dirinya sendiri tentunya. Jika mengingat tentang kue stroberi, maka Cakrawala adalah yang pertama kali melintas dibayangkannya. Ah laki-laki itu benar-benar lancang sekali. Berani-beraninya terus berkeliaran di otak Embun.

"Enggak ke kantin?" Suara itu menggangetkan Embun yang sedang fokus makan. Gadis itu menolehkan kepalanya dan melihat Gemintang Kanagara —sahabat Khatulistiwa, kini berjalan ke arahnya.

Embun menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak. Enggak terbiasa juga soalnya makan di kantin."

Embun kini mengernyitkan keningnya heran melihat Gemintang yang melangkahkan kakinya menuju belakang kelasnya. Laki-laki itu benar-benar tidak jelas sekali.

"Pinjam sapu. Sapu kelas gue jelek semua." Laki-laki itu meminjam sapu milik kelas XI IPA 1 lalu kembali ke kelasnya untuk menyapu sampah hasil perang kertasnya dengan sahabatnya tadi.

Tadi, kelas XI IPA 2 memang jamkos, sehingga membuat kelasnya seperti kapal pecah. Khatulistiwa, Gemintang, Rama, dan Agoy tadi bermain lempar-lemparan kertas hingga membuat kelas ini benar-benar kotor sekali. Dan yang paling menyebalkan dari semua ini adalah saat salah satu harus membersihkannya. Tadi mereka berempat melakukan batu gunting kertas yang kalah harus membersihkan. Dan sialnya, Gemintang kalah. Laki-laki itu kini harus membersihkan kelas yang begitu kotor ini sendirian sedangkan sahabatnya sudah pergi ke kantin. Sialan!

"Punya teman bangsat semua heran!" Gemintang berucap kesal. Dia benar-benar ditinggalkan di kelas sendiri, sedangkan mereka sedang enak-enak makan di kantin. Dan pasti saat ini Khatulistiwa sedang asik membucin.

Gemintang benar-benar tidak ikhlas sekali saat menyapu. Bahkan masih ada sampah yang tertinggal tapi tidak di sapu oleh laki-laki itu. Bodoamat! Yang terpenting dia sudah berusaha.

"Mending lo ikut ke kantin bareng gue aja." Gemintang baru saja kembali ke kelas Embun untuk mengembalikan sapu tentunya. Laki-laki mengembalikan sapu yang tadi dia ambil ke tempat semula lalu berjalan mendekati Embun yang masih makan.

Embun menggeleng menatap Gemintang yang kini berdiri di sebelahnya.

"Enggak. Aku mendingan di sini aja. Di sana juga pasti bakal cuma sakit hati." Embun tersenyum tipis.

Gemintang terkekeh. "Pasti enggak mau sakit hati gara-gara lihat si Cakra sama Karin, kan?" Laki-laki itu menertawakan Embun.

Embun menampar lengan laki-laki menyebalkan itu pelan, "Udah deh jangan mulai bahas-bahas itu." Embun memutar bola matanya malas.

Sahabat-sahabat Khatulistiwa memang sangat menyebalkan menurut Embun. Hanya Khatulistiwa saja yang sedikit tidak menyebalkan. Sedikit hanya sedikit saja!

Mereka berempat tidak berhenti melayangkan ejekan untuk dirinya. Dan ejekan itu tentu tidak jauh-jauh tentang hubungannya dengan Cakrawala. Tangan Embun saja serasa ingin melakban mulut comberan keempat laki-laki itu.

"Ah lo mah, Mbun. Ayo dong balas dendam sama si Cakrawala biar seru. Cakrawala aja bisa selingkuh, masa lo enggak?" Gemintang terkekeh pelan melihat muka masam Embun.

Kata-kata itu adalah kata-kata yang selalu dilayangkan oleh Khatulistiwa dan para sahabatnya. Mereka memang provokator sekali.

"Perlu berapa kali aku bilang kalau aku enggak mau dengerin saran aneh dari kalian berempat itu?"

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now