14. SATU SAMA

20.3K 1.8K 262
                                    

14. SATU SAMA

"EMBUN!" Karina berteriak lalu bangkit dari tempat duduknya kala melihat Embun yang sudah menginjakkan kakinya kembali ke kelas. Gadis itu dengan bersemangat menghampiri Embun dan langsung menggeret gadis itu agar segera duduk di bangkunya.

"Kamu kenapa enggak cerita kalau kamu dekat sama gengnya Khatulistiwa?" Karina bertanya penasaran. Demi apapun, gadis itu benar-benar kepo sekali. Pasalnya, circle pertemanan Khatulistiwa itu susah sekali untuk ditembus.

"Aku enggak dekat sama mereka." Embun menjawab. "Cuma sekadar kenal aja."

Karina menghela napasnya lalu menatap Embun. "Enggak mungkin banget kalau cuma sekadar kenal! Savana yang satu kelas aja enggak bisa lho tembus circle pertemanan mereka. Bahkan, Savana aja enggak pernah tuh makan di kantin bareng mereka. Dan setahu aku, kamu itu satu-satunya perempuan yang gabung di sana."

Embun baru saja memasukkan kotak bekalnya ke tas, dia lalu menatap Karina. "Bukan aku satu-satunya, Karin. Tadi ada Kinan juga."

"Beda, Embun! Kalau Kinan itu kan emang ceweknya Khatulistiwa, jadi dia pasti disambut sama gengnya Khatulistiwa, nah sedangkan kamu? Mustahil banget kalau kamu cuma sekadar kenal aja." Karina memutar bola matanya malas. "Ayolah, Embun. Aku sahabat kamu, kan? Kenapa kamu enggak mau cerita?" Kinan masih penasaran.

"Oke aku cerita." Embun menghela napasnya pelan. "Tadi Gemintang ke sini buat pinjam sapu waktu istirahat karena sapu kelas dia jelek semua katanya. Nah, berhubung di kelas cuma ada aku sendiri, dia langsung ajak aku buat makan di kantin aja bareng teman-temannya. Udah gitu doang enggak ada yang istimewa."

"Aku pernah dapat cerita dari Savana, Khatulistiwa sama sahabatnya itu enggak mudah welcome gitu aja ke sembarangan orang, terlebih lagi cewek." Karina menatap Embun penuh selidik. "Kamu ada hubungan dekat sama salah satu dari mereka ya?"

Embun sontak menggelengkan kepalanya. "Enggak, Karin! Aku enggak ada apa-apa sama mereka. Cuma sebatas kenal. Mereka juga baik terus asik juga."

"Kamu naksir sama salah satu dari mereka? Iya, kan?"

"Enggak dan enggak bakal pernah! Mereka itu ngeselin tahu! Enggak ada yang waras. Gila semua." Embun menggeram kesal jika mengingat sifat keempat laki-laki gila itu. "Lagian ya, Khatulistiwa juga udah sama Kinan. Terus Rama lagi pdkt sama anak bahasa. Gemintang sama Agoy kayaknya sih jomblo, tapi aku enggak bakal naksir sama mereka berdua karena ngeselin banget banget!"

"Beneran, Mbun? Demi apa? Kamu enggak kepincut sama sekali sama salah satu dari mereka?"

"Sumpah, Karin. Aku enggak ada rasa sama sekali sama mereka." Karena hatiku udah terkunci sama Cakrawala.

Karina tersenyum lebar. "Syukurlah."

Embun sontak mengernyitkan keningnya. "Kenapa kamu kayaknya senang banget?"

"Ya senang dong! Soalnya tadi aku pikir kamu beneran ada hubungan asmara sama salah satu dari mereka. Mereka itu jahat Embun, jangan sampai kamu masuk perangkap mereka." Karina berbisik.

Embun mengangkat alisnya. "Jahat? Kenapa kamu bisa bilang begitu? Padahal mereka baik kalau menurut aku."

"Kamu harusnya buka mata kamu lebar-lebar deh. Anak futsal itu terkenal hobi mematahkan hati wanita. Kita ambil contoh aja tuh si Khatulistiwa, dia udah patahin hati Savana, Aurora, dan pasti masih banyak lagi korban lainnya. Kamu masih mau bilang kalau mereka baik?" Karina memutar bola matanya malas.

Embun kini menatap Karina serius. "Gini ya, Karin, menurut aku, kamu jangan lihat orang dari luarnya aja. Kamu harus lihat dari dalam hatinya dia juga. Yang kamu lihat selama ini mungkin kejelekannya aja makannya kamu bisa bilang begitu. Coba aja kalau kamu mau berbaur sama mereka, pasti kamu tahu sifat aslinya mereka. Aku baru kenalan sama mereka belum ada satu bulan, tapi aku bisa lihat kalau mereka itu aslinya baik kok."

CAKRAWALAWhere stories live. Discover now