dua puluh sembilan

100 16 40
                                    

GAK BOSEN INGETIN JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG BANYAK GAUSA MALU XIXIXI😙

____

DUA PULUH SEMBILAN – RUNTUHNYA GUNUNG ES

"Kita mau ke mana, Kak?" tanya Alea ketika melihat Reya membelokkan mobil bukan ke arah rumahnya.

Reya tersenyum tipis. "Ngedate."

Alea melotot. Ia menatap Reya dengan pipi yang menghangat. Dalam hatinya ia sangat ingin berteriak, namun sudah pasti itu tidak akan dilakukan karena malu.

"Kak Reya kesambet apa?" tanya Alea polos berusaha menutupi rasa gembiranya.

Reya mendengkus pelan. "Ya udah, pulang aja?"

"Ih, jangan! Masa gitu aja ngambek..." protes Alea cepat.

"Ngeledek sih."

Alea terkikik geli. "Ya kan jarang-jarang Kak Reya gini. Gunung esnya udah mulai runtuh ya?" gumamnya pelan.

Reya menoleh sekilas. "Apa?"

Alea buru-buru menggeleng. "Enggak, aku lagi ngomong sama Petri," gumamnya sambil menatap tas di dekapannya.

"Dasar gila."

Alea langsung memberengut mendengar gumaman Reya. "Malah ngatain gue gila lagi nih orang," gumamnya super pelan.

...

Alea duduk berdampingan dengan Reya di atas rumput sambil menatap danau di depannya yang terasa menenangkan dan menyegarkan mata. Ia merasa tempat ini tambah sempurna karena ada Reya di sampingnya.

"Kak..."

"Hm?"

"Kakak beneran sayang sama Aya?" tanyanya. Entah kenapa ia masih merasa tidak percaya jika Reya benar-benar menagatakan itu tempo hari. Kadang ia bahkan merasa takut jika ternyata ini semua hanyalah mimpi lalu tiba-tiba ia terbangun dan Reya masih menjadi Reya yang super cuek dan menyebalkan.

Reya menatapnya sekilas lalu kembali menghadap ke danau. "Lo nanya itu mulu."

"Takut Kak Reya berubah pikiran," celetuknya.

Perlahan Reya merangkul Alea lalu menarik gadis itu ke pundaknya. Laki-laki itu hanya terdiam mendengarkan napas gadis yang menyandarkan kepala di pundaknya, bersatu dengan suara air danau dan gesekan daun-daun di pohon yang terasa menenangkan. Bahkan hanya dengan mendengar hembusan napas gadis itu, Reya sudah merasa sangat bahagia. Ia masih ingat bagaimana kacaunya ia saat Alea koma. Tidak mungkin ia berubah pikiran.

"Nggak akan..." jawab Reya pelan.

"Kak Reya bohong..." gumam Alea sambil menegakkan kepalanya.

Reya mengernyit bingung. "Bohong apa?"

"Kata Kakak, Aya nggak bakal diculik karena makannya banyak. Kok Sandi nyulik Aya?"

Reya tertawa pelan. Tak menyangka jika Alea akan mengatakan itu. "Sandi belum tahu kalau lo makannya banyak."

"Tetap aja Kakak bohong. Tanggung jawab!" seru Alea dramatis.

"Tanggung jawab apa?"

"Beliin Aya nasi padang! Aya laper!"

Reya memijat pelipisnya lelah. "Iya udah. Ayo makan."

Alea tersenyum senang lalu berdiri dan mengikuti Reya sambil bersenandung pelan.

"Bentar, Kak!"

"Apa lagi?" tanya Reya.

"Sini dulu..."

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now