tiga puluh dua

93 15 7
                                    

TIGA PULUH DUA – ALEA CEMBURU

"Kak..." Alea menghampiri Reya yang sedang duduk di depan televisi.

"Hm?"

"Bantuin aku ngerjain tugas dong. Soalnya buku paketnya ketinggalan di rumah Kakak."

"Nggak mau balik ke rumah gue?"

Alea menggeleng pelan. "Aya pengin tidur di sini malem ini. Kalau Kak Reya mau pulang nggak apa-apa kok."

"Ya udah besok pagi baru balik rumah aja."

Alea mengangguk senang.

"Pelajaran apa?" tanya Reya.

"Matematika."

"Ya udah sini."

Alea duduk di karpet yang ada di depan televisi sambil tersenyum senang, diikuti Reya yang duduk di sebelahnya.

"Mana?" tanya Reya.

Alea membuka buku tugasnya lalu menunjukkannya pada Reya. "Aku nggak paham, Kak. Susah."

"Gambar dulu grafiknya."

"Caranya gimana?" tanya Alea diiringi senyum lebar.

"Kemarin kan udah gue catetin di buku."

"Bukunya di rumah Kak Reya."

Reya akhirnya menarik buku tugas Alea lalu membuat grafik sambil sesekali menegur Alea agar memperhatikannya.

"Nah itu lo kasih nomor dulu."

"Kayak grafik biasanya kan?"

Reya mengangguk.

"Udah, Kak."

"Oke. Terus kan dua itu fungsi konstannya, jadi grafiknya sejajar sama x ini, di titik x," tutur Reya sambil menggambar garis di grafik yang sudah dibuat, "nah garisnya gini. Terus karena fungsinya datar, jadi garis singgung fungsinya juga datar kan. Jadi garis singgung f(x) sama dengan dua ini nggak punya kemiringan, jadi turunan pertamanya nol."

Alea mengangguk angguk paham.

"Jadi kalau pakai rumus jadi gini." Reya kembali menarik buku tugas Alea lalu menuliskan rumus dari tugas Alea tadi. Sedangkan Alea malah memperhatikan Reya sambil tersenyum malu.

"Udah nih." Reya menggeser buku tugas Alea ke hadapan gadis itu. Ia mengernyit saat menyadari Alea malah menatapnya sambil melamun.

Reya melambaikan tangannya di depan wajah Alea. "Ya..."

Alea berjengit kaget. "Hah iya, Kak."

"Udah paham?"

Alea mengangguk. "Aya coba kerjain, nanti Kak Reya koreksi ya."

Reya mengangguk.

Alea mulai sibuk berkutat dengan buku tugasnya, sedangkan Reya mengganti-ganti saluran televisi sembari menunggu Alea menyelesaikan tugasnya.

Sepuluh menit kemudian Alea menggeser bukunya. "Aya udah coba kerjain dua nomor, Kak. Coba koreksi dulu bener apa enggak."

Reya meraih buku itu lalu membacanya. "Bener."

Alea membulatkan mata kaget. "Serius?"

Reya mengangguk. "Lanjutin."

Alea mengangguk lalu kembali mengerjakan tugasnya dengan semangat karena bisa mengerjakan dua nomor dengan benar. Padahal biasanya ia paling sulit memahami pelajaran matematika.

...

Alea memegangi perutnya yang terasa seperti diremas-remas di jam terakhir. Ia menatap Bu Widya yang sedang menjelaskan di depan dengan keringat dingin.

"Le, lo kenapa?" bisik Varsha.

Alea menggeleng pelan. "Gue sakit perut. Mau tidur bentar deh, Sha..." bisiknya sambil perlahan membaringkan kepala di tasnya.

Baru saja Alea memejamkan mata. Varsha langsung mencolek pinggangnya pelan.

"Alea!"

"Iya, Bu?" jawab Alea lemah.

"Kamu memperhatikan saya tidak?"

Alea meringis pelan menahan sakit di perutnya yang semakin menjadi-jadi. "Maaf, Bu. Saya nggak enak badan..."

Bu Widya menggeleng heran. "Sana ke UKS. Dari pada kamu tidur di sini, nanti yang lain ikut ngantuk."

Alea mengangguk pelan lalu berdiri.

Miki dan Lila membulatkan mata. Miki langsung mengambil jaketnya lalu berdiri menutupi Alea dan melilitkan jaketnya di pinggang gadis itu.

"Kenapa, Mik?" bisik Alea.

"Bu, saya antar Alea ke UKS ya," tukas Miki pada Bu Widya tanpa menjawab pertanyaan Alea.

Bu Widya mengangguk.

Miki perlahan memapah Alea ke luar kelas.

"Lo lagi dapet ya, Le?" tanya Miki.

Alea menoleh cepat. "Emang iya?" tanyanya sambil meraba roknya.

"Tadi ada merah-merahnya, makanya gue kasih jaket. Biar nggak dilihat yang lain."

"Pantes perut gue sakit banget..." gumam Alea pelan.

Sesampainya di UKS, Miki membantu Alea naik ke kasur.

"Lo butuh sesuatu nggak, Le?" tanya Miki.

Alea menggeleng. "Tiduran bentar nanti juga pasti enakan kok, Mik. Makasih ya..."

"Kalau nyeri gitu biasanya minum apa, Le?" tanya Miki.

"Minum jamu. Kalau enggak dikasih anget-anget."

"Ya udah tunggu bentar ya..." ucap Miki lalu berjalan ke luar meninggalkan Alea sendirian.

Alea memegangi perutnya yang masih terasa sakit, kini malah menjalar ke pinggangnya hingga terasa pegal.

Tak lama Miki kembali dengan segelas teh hangat.

"Nih, Le. Adanya cuma ini, yang lain udah pada tutup."

Alea tersenyum tipis. "Makasih ya, Mik. Maaf gue ngerepotin lo terus."

Miki mendengkus lalu memukul lengan Alea pelan. "Kayak sama siapa aja sih!"

Alea memberengut kesal karena teh hangatnya hampir tumpah karena Miki. "Ih, sakit, Miki ... kok gue malah ditampol sih..."

Miki meringis. "Maaf, Le. Lupa..."

"Ya udah, lo balik ke kelas sana. Nanti diomelin Bu Widya. Dia kan galak."

"Ya udah, kalau butuh apa-apa lagi lo chat gue aja ya."

Alea mengangguk. "Makasih ya, Mik."

Setelah Miki ke luar, Alea perlahan berdiri lalu melihat roknya. Ternyata memang benar ada darah yang tembus ke roknya.

Alea membuka ponselnya. Dengan ragu ia mengetikkan pesan untuk Reya.

Alea menunggu balasan dari Reya dengan gusar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alea menunggu balasan dari Reya dengan gusar. Ia takut darahnya makin banyak dan mengotori kasur UKS. Ia kembali berdiri, berniat untuk pergi ke kantin, namun tiba-tiba ponselnya bergetar.

 Ia kembali berdiri, berniat untuk pergi ke kantin, namun tiba-tiba ponselnya bergetar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alea tersenyum tipis.

...

Reya melongokkan kepala ke dalam UKS lalu melihat Alea sedang berbaring.

"Nih..." Reya mengulurkan pembalut yang langsung diambil oleh Alea dengan cepat.

"Makasih ya, Kak. Aya mau ganti dulu..."

Reya mengangguk memperhatikan Alea yang berjalan ke kamar mandi.

Setelah mengganti pembalutnya, Alea ke luar tepat saat bel pulang berbunyi. Gadis itu mengernyit melihat Reya sedang mengobrol dengan perempuan yang waktu itu memakan bekal buatannya. Ia langsung memberengut kesal lalu berjalan melewati Reya tanpa mengatakan apa pun pada laki-laki itu.

"Mau ke mana?" tanya Reya saat Alea melewatinya.

"Kelas," jawab Alea ketus.

"Mau ngapain?"

"Ambil tas lah, masa kayang," jawab Alea.

Reya segera berpamitan pada temannya lalu menyusul Alea. "Gue aja yang ambil. Lo tunggu di parkiran."

"Nggak mau, Aya mau pulang sendiri."

Reya mengernyit. "Kenapa sih?"

"Apanya?"

"Kok tiba-tiba marah?"

"Emang kenapa? Nggak boleh? Suka-suka aku dong. Aku kan lagi mens."

Reya kembali mengernyit. "Apa hubungannya?"

"Ih, nggak usah tanya-tanya deh, Kak. Udah sana Kak Reya pulang aja sama Kakak cantik yang tadi."

Reya tertawa pelan menyadari Alea sedang cemburu. "Ayo, pulang," ucapnya sambil menarik Alea menuju parkiran.

"Ih, tas Aya gimana?"

"Nanti Gio yang ambil."

"Nggak mau. Aya mau pulang sendiri!"

"Ya udah, kalau diculik lagi gue nggak mau nolongin," jawab Reya santai lalu berjalan meninggalkan Alea.

Alea memberengut kesal lalu berlari mengejar Reya. "Ih, ya udah aku pulang sama Kakak! Nyebelin banget sih!"

_____

Haiii! Gimana part iniii?

Dear Alea...

Dear Reya...

24 Oktober 2021

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now