tiga belas

219 27 12
                                    

Happy Reading♥️

___

TIGA BELAS – DUNIA ALEA

Alea dan Reya berlari menyusuri koridor rumah sakit dengan panik.

Sampai di depan ICU, Alea melihat Friska yang sedang berdiri di depan pintu dengan posisi membelakangi mereka.

"Tante, Mama gimana?" tanya Alea.

Friska terdiam menyeka air matanya yang hampir menetes.

"Mama kamu baru dipindahin. Kita ke sana ya..." Friska merangkul Alea.

Alea mengangguk. Dia masih berusaha berpikir positif, walaupun perasaannya kurang enak.

Alea dan Reya mengikuti langkah Friska.

Tubuh Alea membeku saat Friska berhenti di depan kamar mayat.

"Tante?"

Friska memeluk Alea. "Mama kamu udah nggak ada, Alea," ucap Friska dengan suara bergetar.

Alea terdiam. Sebutir air mata jatuh di pipinya begitu saja.

"Nggak mungkin. Tante jangan bercanda sama Lea." Gadis itu menahan isakannya lalu berjalan masuk ke kamar mayat. Alea membuka kain yang menutupi tubuh dan wajah Ibunya dengan tangan gemetar.

Tangisnya langsung pecah melihat Mita terbaring dengan wajah pucat serta badan yang sudah dingin dan kaku. Ia berjalan mundur beberapa langkah, Reya langsung menahan badan Alea ketika gadis itu hampir ambruk.

Alea melepaskan tangan Reya. Ia menggeleng tidak percaya, pasti ini hanya mimpi karena lukanya hanya sedikit.

"Sus, ini bohong kan? Mama pasti masih hidup kan?" Alea berusaha tertawa ditengah tangisnya. Dia berharap ini semua bohong atau hanya mimpi. Jika ini mimpi, Alea berharap ia bangun sekarang.

"Ibu Mita mengalami luka dalam yang lumayan serius, Mbak. Ada sesuatu yang membentur otak Ibu Mita, jadi nyawanya tidak bisa diselamatkan." Perawat tersebut memberikan barang-barang milik Mita kepada Alea.

"Ma..." Alea meletakkan kepalanya di atas dada Mita dengan bibir yang bergetar menahan tangis.

"Ma. Mama denger Aya kan? Kenapa Mama tega ninggalin Aya sendiri, Ma? Mama nggak mau lihat Aya lulus SMA? Lulus kuliah? Menikah? Katanya Mama bakal selalu ada buat Aya? Kenapa Mama malah pergi duluan? Ma, bangun... Papa udah ninggalin Aya, masa sekarang Mama juga ninggalin Aya? Aya kan udah jadi anak baik kan, Ma. Nanti Aya curhat ke siapa kalo Mama nggak ada? Aya tinggal sama siapa? Bangun, Maaa!" ucap Alea sesenggukan sambil membelai wajah Mita.

Alea memeluk erat tubuh Mita yang terlihat seperti orang tidur. "Mama jangan tinggalin Aya, Ma! Bangun, Ma! Mama kan udah janji mau ajak Aya jalan-jalan, Ma! Sekarang Aya harus jalan-jalan sama siapa? Aya tinggal sama siapa? Mama jangan tinggalin Aya sendirian! Aya takut..."

Friska mengelus pundak Alea.

"Aya sayang banget sama Mama. Mama tahu kan? Ayo Mama bangunnnn! MAMA!" Alea berteriak histeris, tangisnya semakin kencang, bahkan napasnya tersengal-sengal.

"Sabar, Lea... Ikhlasin Mama ya. Mama udah tenang di sana..." ucap Friska pelan. Wanita itu tersenyum menguatkan Alea dengan mata memerah, padahal ia sendiri juga sangat sedih kehilangan Mita. Mengingat bagaimana persahabatannya dengan Mita waktu mereka SMA.

Alea jatuh terduduk dengan napas yang tersengal-sengal. "Mama..." gumamnya pelan.

Reya menghampiri Alea lalu memeluk gadis itu. Alea menggenggam erat tangan Reya.

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now