tiga puluh empat

86 12 8
                                    

TIGA PULUH EMPAT - CERITA

Alea tersenyum canggung karena ketiga temannya menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Buruan cerita," ucap Varsha tanpa basa-basi. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada sehingga Alea tambah merasa seperti sedang diinterogasi.

Alea berdeham pelan. "Jadi..."

Varsha, Lila, dan Miki menatap Alea dengan serius membuat gadis itu tertawa geli.

"Kok ketawa sih?" tanya Miki bingung.

"Alea, buruan. Gue udah kepo nih..." ucap Lila kesal.

"Jadi, waktu gue ketembak, gue sempet bilang kalau gue sayang sama Kak Reya. Terus Kak Reya bilang kalau dia juga sayang sama gue. Walaupun setengah sadar, tapi itu jelas banget gue denger."

"Terus?"

"Kalian haus nggak?" tanya Alea diikuti tawa geli.

Lila mengerang kesal. "Cerita aja dulu, Alea. Minumnya nanti."

Alea tersenyum geli. "Terus pas gue sadar gue tanya lagi tuh, buat memastikan. Awalnya Kak Reya nggak ngaku. Terus gue paksa ngaku, akhirnya dia ngaku. Udah sih gitu aja."

"Jadi nggak ditembak?" tanya Varsha.

Alea menggeleng.

Miki mengernyit. "Terus lo nyimpulin dari mana kalau kalian udah jadian?"

Alea terdiam sejenak. "Iya juga ya ... tapi sikapnya beda."

"Pastiin lagi aja, Le," celetuk Lila.

Alea mengangguk. "Nanti gue tanya deh..."

"Nanti banget?" tanya Varsha.

Alea mengangguk.

"Eh, tapi bentar deh, Le. Dulu gue sempat tanya kan ke lo, katanya lo nggak ada rasa apa-apa ke Kak Reya?"

"Gue juga enggak tahu sih. Gue suka kesel aja kalau Kak Reya mentingin Dinda. Terus kadang rasanya deg-degan. Apa lagi waktu Sandi mau nembak Kak Reya, gue takut banget makanya gue langsung lari. Itu sayang bukan sih?" tanya Alea polos.

"Nggak tahu, gue nggak pernah pacaran," jawab Varsha.

"Yang ada cowoknya takut sama lo, Sha," celetuk Miki yang langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Varsha. Laki-laki itu akhirnya memilih diam karena takut.

"Harusnya sih iya, Le. Kalau lo nggak ada rasa sama dia, harusnya lo biasa aja kan waktu Kak Reya ngurusin Dinda. Itu namanya lo cemburu," jawab Lila, "lagian waktu bekalnya Kak Reya dimakan sama orang lain aja lo ngambek kan?"

Alea mengangguk pelan.

Lila menjentikkan jari. "Nah, itu juga cemburu!"

Alea berdecak pelan. "Itu kesel, Lila. Soalnya gue capek-capek buatin makanan, malah dikasih ke orang lain."

"Ya sama aja itu, Le, waktu Kak Reya ninggalin lo pas nonton buat nyamperin Dinda juga lo telepon gue sambil marah-marah. Itu kesel juga?" Miki menimpali membuat Alea terdiam.

...

Sembari menunggu Reya datang, Alea membereskan plastik-plastik bekas camilan lalu duduk di ruang keluarga sambil memikirkan bagaimana nanti ia menanyakan status hubungannya pada Reya karena ucapan teman-temannya ada benarnya, Reya sebenarnya belum...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sembari menunggu Reya datang, Alea membereskan plastik-plastik bekas camilan lalu duduk di ruang keluarga sambil memikirkan bagaimana nanti ia menanyakan status hubungannya pada Reya karena ucapan teman-temannya ada benarnya, Reya sebenarnya belum mengatakan secara jelas bahwa mereka sebenarnya sudah pacaran.

Alea bermonolog beberapa kali lalu tiba-tiba bergidik ngeri. "Ih, nggak mau ngomong sendiri deh. Nanti ada yang nyahut."

Tubuhnya tersentak kaget saat mendengar ketukan cukup kencang.

"Ih, kan. Nongol beneran," gumamnya. Gadis itu malah menutupi kepalanya dengan bantal sofa. Ketukan di pintu rumahnya semakin terdengar keras.

Alea dibuat kaget untuk kedua kalinya saat tiba-tiba ponselnya bordering. Ia buru-buru mengambil ponselnya.

"Halo?"

"Lo di mana?"

"Di rumah."

"Bukain!"

Alea menepuk jidatnya pelan. "Bego," gumamnya pelan.

"Apa?"

"Enggak, Kak. Iya ini Aya bukain."

Alea berlari kecil menuju pintu lalu membukakan pintu untuk Reya. Alea mengamati kaki Reya dengan takut-takut. Kaki laki-laki itu menapak. Alea bernapas lega lalu tersenyum pada Reya.

"Kenapa?" tanya Reya bingung sambil ikut menatap kakinya.

Alea menggeleng. "Enggak apa-apa," jawabnya lalu menyembulkan kepalanya ke luar.

"Apa lagi?" tanya Reya.

"Kak Reya ke sini sama siapa?"

"Ojek."

"Ih, ngapain pakai ojek. Aya kan bisa pulang sendiri."

"Nggak."

Alea mendengkus. "Ya udah, ayo pulang."

...

Alea menuang air putih ke gelas dengan jantung yang berdebar kencang. Setelah meminum segelas air putih, gadis itu berjalan pelan ke kamar Reya lalu mengetuknya pelan. "Kak Reya..."

"Masuk."

Perlahan tangan Alea memutar knop pintu kamar Reya lalu menyembulkan kepala.

"Ngapain ngintip-ngintip," gumam Reya yang sedang mengeringkan rambut. Laki-laki itu baru saja selesai mandi. Selama beberapa detik Alea terdiam menatap Reya.

Reya berjalan mendekati Alea lalu mengusapkan tangannya di wajah gadis itu. "Kedip. Awas kesambet."

"Ih apa sih..." protes Alea.

"Tumben ke sini?" tanya Reya.

Alea mengangguk sambil mengamati kamar Reya. Selama beberapa bulan tinggal di rumah Reya, baru kali ini ia menginjakkan kaki di kamar laki-laki itu. "Aya mau ngomong sesuatu..."

"Apa?" Reya menggantung handuknya lalu duduk di kursi sambil menatap Alea yang menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

"Anu..."

"Anu apa?"

Alea menggigiti bibirnya bingung. "Apa ya..."

Reya mengernyit bingung. "Lah? Kok tanya gue."

Alea menggeleng. "Nggak jadi deh, Kak. Besok aja. Aya lupa!" serunya panik sambil berlari ke luar dari kamar Reya membuat laki-laki itu kebingungan.

Alea menutup pintu kamar Reya lalu bersandar sambil mengatur napasnya yang terasa tidak beraturan.

Tiba-tiba Reya membuka pintu kamarnya, membuat Alea yang masih bersandar terjengkang lalu jatuh terduduk. Gadis itu mengaduh kesakitan.

"Ih, Kak Reya!"

Reya menahan tawa melihat Alea yang memberengut. "Lo ngapain?"

"Tidur! Ya senderan lah! Kak Reya buka pintu kenapa nggak pakai aba-aba sih! sakit tahu!" protesnya sambil berdiri dan mengusap pantatnya yang terasa nyeri.

"Ya makanya jangan di depan pintu."

Alea tambah memberenguut. "Di mana-mana cowok yang selalu salah, tapi kalau sama Kak Reya jadi Aya terus yang salah," gerutunya pelan.

"Emang." Reya tertawa pelan lalu berjalan meninggalkan Alea yang masih meringis kesakitan di depan kamarnya.

"Baiknya kalau gue sakit doang," gumam Alea kesal menatap Reya yang makin menjauh.

...
GIMANA PART INII?

Dear Alea...

Dear Reya...

31 Oktober 2021

Alea & ReyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang