lima puluh lima

137 14 23
                                    

LIMA PULUH LIMA – PERTEMUAN TERAKHIR

Alea membuka pintu restoran dengan wajah yang tampak lebih segar dan berseri-seri setelah menggunakan satu hari liburnya untuk tidur panjang dan melakukan beberapa hal yang membuat perasaannya membaik.

"Cerah amat tuh muka..." celetuk Ranti.

Alea tertawa pelan. "Iya lah. Emang seger banget kalau abis libur tuh..."

"Gila ya, lo libur sehari doang kayaknya gue ketinggalan banyak berita..."

Tawa Alea menghilang dan berubah menjadi tatapan bingung. "Berita apaan, Kak? Kayaknya gue yang ketinggalan deh."

Ranti tertawa geli. "Pakai pura-pura bego lagi lo."

Alea semakin bingung. "Apaan sih? Serius deh, gue benar-benar nggak ngerti maksud lo apa."

"Tuh, lo dapat sesuatu dari si ganteng."

"Si ganteng siapa? Pak Bos?" tebak Alea masih dengan ekspresi bingung.

Ranti tertawa mendengar tebakan Alea. "Gila ya, masa Pak Bos sih ... jangan-jangan selera lo om-om ya sampai Pak Bos dikatain ganteng?"

Alea menggaruk tengkuknya kikuk. "Terus siapa dong?"

Ranti merogoh saku celananya lalu memberikan kunci. "Nih, cek aja di loker gue."

Alea menerima kunci loker milik Ranti lalu berjalan ke belakang.

Setelah memasukkan barang-barangnya ke dalam loker, Alea membuka loker Ranti dan menemukan sebuah amplop putih. Dengan ragu tangannya meraih amplop tersebut.

"Kak, ini?" tanyanya sambil melongokkan kepala ke luar.

Ranti berjalan menghampirinya. "Iya. Hari gini masa masih pakai surat sih?" ledek Ranti.

Alea membuka amplop tersebut dan menemukan nama Reya di bawah. "Oh, gue nggak kasih nomor gue ke dia soalnya," sahut Alea.

Gadis itu kemudian duduk di salah satu kursi dan mulai membaca isi surat yang diberikan Reya, sedangkan Ranti kembali bekerja.

Aya, hari ini gue bakal balik ke Indonesia. Jam 12 siang ini, gue tunggu lo di tempat terakhir kita bareng kemarin. Gue mau ngomong sesuatu ke lo. Kalau lo mau tahu, lo datang. Tapi kalau enggak, lo nggak perlu datang dan gue nggak akan ganggu dan muncul di kehidupan lo lagi setelah hari ini.

-Reya

Alea melipat kertas itu lalu memasukkannya ke dalam saku. Ia bingung harus datang menemui Reya atau tidak. Jika dia tidak datang, maka Reya tidak akan lagi muncul dalam kehidupannya. Seharusnya itu membuatnya lega karena dapat melupakan laki-laki itu dengan mudah, tapi entah kenapa hati kecilnya mendorongnya untuk datang.

Gadis berseragam merah muda itu berdiri lalu mulai melakukan pekerjaannya dengan pikiran yang bercabang.

...

Alea melirik jam di pergelangan tangannya berkali-kali dengan tatapan gusar.

"Lo kalau mau nyamperin si Reya cabut aja sekarang, kerjaan lo biar gue yang urus. Dari pada kayak orang cacingan gitu," celetuk Ranti yang menyadari gerak-gerik Alea sejak membaca surat dari Reya pagi tadi.

"Gue masih bingung mau datang atau enggak, Kak."

"Aduh, lo mah kelamaan mikir, keburu orangnya pergi. Lagian mikir dari tadi jam tujuh sampai jam dua belas kurang masa nggak final-final sih jawabannya? Nanti lo nyesel gimana? Kalau Reya benar-benar nggak bakal datang ke kehidupan lo lagi emang lo nggak nyesel?"

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now