sebelas

245 30 13
                                    

Happy reading. Jangan lupa vote sama comment ya!💛

__

SEBELAS – SATU HARI BERSAMA REYA (2)

Alea tersenyum senang memandangi pasar malam di depannya. 

"Ayo," ucap Reya sambil menarik tangan Alea masuk ke dalam kerumunan manusia di pasar malam tersebut karena gadis itu hanya diam di tempatnya dengan mata yang tampak berbinar.

Alea mengikuti langkah Reya, tetapi matanya tak lepas memandangi tangannya yang ditarik oleh Reya. Bibirnya menahan senyum, pipinya juga mulai memanas entah kenapa.

"ADUH!" Alea memejamkan mata saat merasakan lututnya berciuman dengan tanah yang kasar dan basah. Dia merutuki matanya yang malah memperhatikan tangan Reya, bukannya melihat jalan.

Reya membalikkan tubuhnya menatap Alea yang mengaduh kesakitan. Tak lama dia terkekeh pelan. "Bego," gumamnya.

"Kak Reya, ih! Bukannya nolongin malah ngetawain Lea! Ngatain bego lagi!" rengeknya.

"Lo ngapain kuda-kudaan disitu?" tanya Reya santai, masih diiringi dengan tawa geli melihat posisi jatuh Alea yang seperti hendak bermain kuda-kudaan.

Alea cemberut, dia mengulurkan tangan kanannya ke atas. "Tolongin!"

Beberapa orang menatap Alea dengan tatapan geli membuat gadis itu menunduk dalam kemudian membersihkan tangan dan celananya yang terkena tanah. Ia masih merutuki matanya yang tidak fokus ke jalan. Sakitnya sih tidak seberapa, tapi malunya luar biasa.

Reya memegang tangan Alea hendak menariknya, tapi gadis itu mengaduh. "ADUH! Jangan pegang yang itu sakit!"

Reya menghela napas pelan. Dia menarik pergelangan tangan Alea hingga gadis itu berdiri.

Reya mengulurkan tangannya di depan Alea. "Lihat."

Alea menatap Reya dengan sebal. "Lihat apa?!" tanyanya galak.

Tanpa menjawab Reya menarik kedua telapak tangan Alea yang menurutnya sangat kecil jika dibandingkan dengan tangannya. Terdapat beberapa goresan di kedua tangan mungil Alea. Dengan santai, Reya malah menyentuh lukanya membuat gadis di depannya berteriak kesal. "KENAPA DIPEGANG?!"

Reya tersentak kaget mendengar teriakan Alea. "Berisik," jawabnya lalu menarik Alea ke kursi yang terdapat di pasar malam.

Reya menyuruh Alea duduk di kursi itu dan gadis itu hanya menuruti perintah Reya. "Tunggu di sini jangan ke mana-mana."

"Kak—"

"Nggak akan ada yang nyulik. Males ngasih lo makan," potongnya sebelum Alea menyelesaikan ucapannya.

Alea mendengkus kesal. Ia akhirnya duduk diam dan membiarkan Reya pergi. Gadis itu sesekali menatap sekelilingnya sambil menunggu Reya yang malah pergi entah ke mana.

Matanya tertuju pada seorang penjual gula kapas yang sudah tua. Alea segera menghampiri bapak tersebut. Dia membeli dua gula kapas lalu kembali berjalan menuju kursi yang tadi ditempatinya.

Langkahnya terhenti saat melihat Reya berbincang dengan seorang ibu-ibu paruh baya yang menggendong anaknya yang menangis. Alea berjalan mendekati Reya agar bisa mendengar apa yang diucapkannya.

"Ini, Bu. Semoga bisa bikin anak ibu senang." Reya menyerahkan dua lembar uang seratus ribuan.

"Wah, Mas. Ini sudah lebih dari cukup. Terima kasih banyak ya, Mas." Ibu tersebut terlihat menahan air matanya dan berkali-kali mengucapkan terima kasih dan merapalkan doa untuk Reya. 

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now