lima puluh empat

84 12 15
                                    

LIMA PULUH EMPAT - TERSADAR

"Maaf..."

"Buat?"

"Semuanya yang udah gue lakuin ke lo dan semua kelakuan gue yang bikin lo sakit hati."

Alea terdiam cukup lama. Ia mengaduk susu stroberinya untuk mengalihkan jantungnya yang tiba-tiba berdebar kencang ketika mendengar permintaan maaf dari Reya.

"Dimaafin nggak?" tanya Reya.

Alea mengangkat kepala lalu mengangguk pelan. "Udah dimaafin dari dulu, Kak."

Reya tersenyum. "Pindah yuk? Udah ngantuk belum?"

Alea melihat jam yang melingkar di lengannya yang hampir menunjukkan pukul sebelas malam. "Belum sih..."

"Mau jalan-jalan lagi? Tante Inna sama Om Tian masalah nggak kalau lo pulang malam?"

"Enggak kok..."

"Ya udah, yuk?"

Alea mengangguk lalu mengambil gelas susu stroberinya. "Bentar, Kak. Sayang kalau nggak dihabisin." Gadis itu meneguk isi gelas itu hingga tandas kemudian barulah ia mengambil tasnya dan berdiri.

...

"Di sini aja kali ya? Capek nggak?" tanya Reya setelah mereka berjalan sejauh hampir dua kilometer.

Alea tertawa pelan. "Lumayan..."

Alea menyusul Reya yang sudah lebih dulu duduk di salah satu bangku. Mereka berdua duduk langsung menghadap ke Marina Bay yang terlihat indah saat malam hari. Alea menatap pemandangan di sekitarnya sambil memeluk tubuh mungilnya ketika angin berhembus kencang.

Reya melepaskan blazer hitamnya lalu menyampirkannya di pundak Alea, membuat gadis itu tersentak kaget. Setelah memberikan blazernya, Reya tiba-tiba membaringkan tubuh, mengalasi kepala dengan kedua lengannya.

"Sini aja, Kak..." gumam Alea sambil menepuk pahanya.

"Nggak apa-apa?"

Alea mengangguk pelan. Reya akhirnya meletakkan kepalanya di atas paha gadis berambut panjang itu. Hal itu tanpa sadar perlahan-lahan menghapus kecanggungan diantara mereka.

"Pegal banget gue, dari tadi nggak bisa rebahan..." gumam Reya.

Alea menunduk, hendak menjawab perkataan Reya, tapi ketika sadar laki-laki itu sedang menatapnya, dia kembali menatap ke depan. Gadis itu membetulkan letak blazer Reya kemudian bersandar ke belakang.

"Ya..."

"Iya, Kak?"

"Lo kok nggak kayak Dora lagi sih?" gumam Reya.

Alea melotot mendengar pertanyaan Reya. "Emang dulu aku kayak Dora?"

Reya mengangguk samar. "Kok rambut lo panjang sih sekarang?"

"Biar bisa dikuncir kalau kerja, Kak. Kalau pendek ribet..." Alea membetulkan rambutnya secara refleks.

"Lo beda banget deh..." gumam Reya pelan.

Alea mengernyit. "Beda gimana?"

"Beda aja, nggak kayak dulu. Lo sekarang kelihatan lebih dewasa dan mandiri. Padahal dulu lo manja, kayak bocah, polos banget lagi."

Alea tertawa pelan. "Ya setiap orang kan berubah, Kak. Masa aku selamanya jadi anak manja dan kayak bocah? Kak Reya juga berubah tahu..."

"Apanya?" Laki-laki itu mengernyit.

"Ngomongnya nggak terlalu irit kayak dulu, lebih banyak ketawa sama senyum juga sekarang," jawab Alea sambil tersenyum geli.

Reya terkekeh pelan mendengar pengakuan jujur Alea.

Alea & ReyaWhere stories live. Discover now