sepuluh

232 29 19
                                    

SEPULUH - SATU HARI BERSAMA REYA

"Eh, Dea! Kenapa itu alis kamu tebal sekali? Bibir juga merah sekali?" tanya Bu Widya tadinya sedang menjelaskan materi, tetapi ia malah salah fokus dengan dandanan Dea, teman sekelas Alea yang memang suka menggunakan dandanan tebal di sekolah.

Jika ditanya kenapa dia menggambar alisnya saat pergi sekolah, jawabannya satu: dia tidak punya alis jadi malu, katanya.

Dea langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Enggak, Bu!"

"Kenapa kamu dandan ke sekolah? Kan sudah ada peraturan tidak boleh dandan?" tanya Bu Widya lagi dibalas dengan godaan dari teman sekelas mereka, terutama para siswa.

"Suruh hapus aja, Bu!" celetuk Sandi dan disetujui oleh siswa yang lain.

Ngomong-ngomong tentang Sandi, Alea jadi ingat sesuatu.

Dulu saat kelas sepuluh, Sandi pernah terang-terangan memperlihatkan bahwa ia menyukai Alea. Tapi Alea malah takut saat Sandi ingin mendekatinya. Padahal Sandi adalah orang yang asyik dan humoris, dia juga lumayan terkenal di sekolah.

Sebenarnya sampai saat ini Sandi juga masih sering menggoda dan berusaha mendekati Alea. Tetapi Alea tetap tidak membuka hatinya karena memang tidak ingin.

Gelak tawa teman-teman Alea membuat lamunannya seketika buyar.

"Ya sudah, Sandi. Tolong belikan tisu!"

"Jangan, Bu!" protes Dea dengan muka memelas.

Sandi tersenyum bahagia. Dia berjalan mendekati bu Widya lalu menadahkan tangan. "Uangnya, Bu," ucapnya sambil menaik-turunkan alisnya.

Bu Widya merogoh saku roknya lalu memberikan uang dua ribuan ke Sandi dengan tatapan kesal.

"Yah, Bu, mana cukup?"

"Emang berapa sih? Udah sana beli aja, cukup!"

Sandi mendengus kesal lalu berjalan ke kantin.

Bu Widya melanjutkan materinya dan sesekali menegur muridnya yang suka menjailinya.

"Lang, jam tangan Bu Widya baru," bisik Varsha pada Galang yang duduk di seberangnya.

Galang mengamati jam tangan yang dipakai Bu Widya lalu berteriak, "Jamnya Bu Widya baru!"

Semua murid langsung menyoraki Bu Widya.

Bu Widya langsung melotot. "Galang, nggak usah aneh-aneh kamu!"

Alea geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-teman sekelasnya yang kadang sedikit aneh tetapi lucu.

Tak lama Sandi muncul di ambang pintu. "Habis tisunya, Bu."

Dea menghela napas lega.

"Ya udah sini mana uangnya," pinta Bu Widya.

"Yah, udah saya buat beli permen," ucapnya sambil mengambil plastik berisi permen yang ada di saku celananya.

Murid-murid kembali tertawa saat Sandi mendapat pelototan dari Bu Widya. Tapi bukannya meminta maaf, Sandi malah membagikan permen itu ke teman-teman sekelasnya. Bu Widya hanya bisa geleng-geleng kepala menghadapi Sandi.

...

"Pretty mana, Le?" tanya Lila saat melihat Alea malah menghampiri vespa hitam.

"Di rumah, bobok."

"Oh. Lagi bolos ya dia," jawab Lila dan dijawab dengan anggukan oleh Alea.

Varsha tertawa gemas mendengar percakapan kedua temannya.

Alea & Reyaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें