lima puluh satu

82 12 12
                                    

LIMA PULUH SATU - BICARA

"Pawang yang lo maksud tadi siapa sih, Le? Dinda?" tanya Ranti sambil memasukkan barang-barangnya dari loker ke dalam tas.

Alea mengangguk sembari melakukan hal yang sama dengan Ranti. "Siapa lagi emang?"

"Ranti, Alea, gue balik duluan ya."

"Yoi! Tiati yak!" sahut Ranti, sementara Alea mengangkat ibu jarinya kepada teman kerjanya tersebut.

"Emang kenapa si Dinda?"

"Tadi pas Reya ngobrol sama gue, dia ngelihatin gue kek melotot gitu. Nggak tahu sih perasaan gue aja atau gimana, tapi dulu enggak gitu."

"Ya dia ngerasa lo saingannya dia kali."

Alea mengangkat bahunya. "Nggak tahu deh. Ngapain juga saingan sama gue? Tanpa perlu capek-capek saingan, tetap dia kok pemenangnya." Tangannya mengambil botol minum lalu menenggaknya.

"Lo mau balik bareng nggak?"

"Duluan aja. Gue mau istirahat bentar."

"Capek ya abis menghadapi kenyataan pahit?" tanya Ranti, sembari mengangkat alis dengan tatapan jahil.

Alea tertawa. "Ngaco lo!"

Ranti tertawa puas. "Ya udah deh, gue duluan ya. Lo hati-hati nanti. Kunci pintu jangan lupa."

Alea mengangguk.

Setelah Ranti pergi, satu per satu karyawan di tempatnya bekerja mulai berkurang hingga tersisa beberapa karyawan yang juga sedang siap-siap untuk pulang, sama dengan Alea.

Alea membuang botol minumnya sembari mengambil ponsel di saku celananya yang bergetar.

Alea diam di tempatnya sambil merasakan lantai yang dipijaknya, tetapi tidak ada getaran sama sekali

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Alea diam di tempatnya sambil merasakan lantai yang dipijaknya, tetapi tidak ada getaran sama sekali. Ia bingung dengan maksud dari pesan yang dikirimkan oleh Ranti. "Eh, gempa nggak sih?" tanya Alea kepada temannya yang masih belum pulang.

Teman-temannya menatap Alea bingung. "Enggah ah..."

Alea kembali ke tempat duduknya. Ranti tidak kunjung membalas pesannya lagi. Atau jangan-jangan terjadi sesuatu dengannya?

Alea buru-buru menelepon Ranti. Nada sambung ketiga, panggilannya diterima.k

"Kak, ada apaan sih?"

"Aduh, lo pulang aja deh tuh, nanti lo tahu kok. Udah ya, gue lagi di jalan nih!"m

Detik selanjutnya panggilan diputus sepihak oleh Ranti. Alea semakin dibuat bingung olehnya. Akhirnya Alea memutuskan untuk pulang, karena kini tersisa dia sendiri di restoran, panik karena pesan yang Ranti kirim membuatnya tidak sadar tersisa dia sendiri.

Alea mengambil tasnya lalu mengunci pintu restoran. Ketika berbalik, ia melihat Reya berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Gadis itu mulai mengerti apa yang dimaksud Ranti sekarang.

Alea & ReyaOnde histórias criam vida. Descubra agora