3 - Sma Bina Bangsa

10.6K 739 28
                                    

⭐ Pembaca yang baik tahu cara menghargai ⭐

Happy Reading

3 - SMA Bina Bangsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 - SMA Bina Bangsa

5.30 AM

Bunyi alarm menggema di sebuah ruangan, yang menyebabkan sang empu terganggu dan menggeliat pelan. Perlahan kelopak mata tersebut terbuka, segera dia menyebak selimut yang menutupi tubuhnya dan berlalu untuk segera mandi.

Beberapa menit kemudian, keluar gadis cantik dengan menggunakan baju seragam bertuliskan 'Sma Bina Bangsa'.

"Not bad." gumamnya.

Alena mengambil tas sambil menenteng nya, dan tak lupa memakai sepatu. Langsung saja dia keluar kamar lalu menuruni anak tangga. Di meja makan dia melihat Ael yang sudah anteng memakan sebuah roti.

"Selamat pagi dunia tipu-tipu," Alena memutari kursi.

"Pagi juga korban ghosting,"

Alena mendengus sebal. Tapi, itu semua tidak bertahan lama. Kala matanya menangkap jika Adiknya itu masih belum memakai seragam sekolah seperti dirinya. "Lo kok belum pake seragam yang di kasih kemarin?"

"Gue masuk sekolahnya besok, hari ini mau ngeliat-liat cafe kita kak." Ael menaik-turunkan alisnya bersama dengan seringaian. Cowok itu berlagak seperti miliarder.

Fyi : Alena sama Ael dikasih tanggung jawab sama ortu mereka, yaitu mengelola cafe. katanya sih biar paham sama dunia perbisnisan dan belajar mandiri.

Alena mengacungkan jempol. "Ini baru Adik gue!" bangganya. Gadis itu meneguk sisa susunya hingga tandas tak tersisa. "Gue duluan, bye manja!" teriak Alena yang langsung lari selepas menjangkau tasnya cepat.

"LENA! GUE GAK MANJA, YA!"
geram Ael memandang punggung Alena yang perlahan menghilang sambil berdiri dari kursi.

*******

Sampai di depan garasi rumahnya. Alena refleks menepuk jidatnya. Baru ingat jika disini tidak ada kendaraan sama sekali yang dikirim oleh ayahnya. Afra mengatakan keperluan lainnya akan menyusul.

"Semua motor gue kan, di Perancis." cukup lama Alena berpikir. Sampai akhirnya ia menemukan cara. "Kan, ada mobil, yaudah lah pakai mobil pinky aja. Daripada naik taxi." kekeh Alena.

Pinky. Mobil mini Alena yang masih berada di rumah ini selama gadis itu pergi. Untungnya, mesin mobil itu masih menyala, dan dapat di gunakan.

Mobil Alena pun, berjalan membelah jalanan kota dengan kecepatan rata-rata. Rasanya sudah lama dia tidak seperti ini, menginjak pedal gas dan bersenandung kecil, diiringi rambutnya yang bertebaran karena hembusan angin pagi.

About AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang