53 - Sel Tahanan

3.2K 321 26
                                    

Assalamualaikum

Alena dan kawan-kawan kembali 🎶

Bagaimanapun kabarnya, tetap semangat! Ingat, bnyk yg pengen ngeliat kalian senyum!

Part ini panjang, pelan-pelan bacanya biar paham:^^

*******

Happy Reading ■

Zaman sekarang itu yang utama adalah kuasa dan uang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zaman sekarang itu yang utama adalah kuasa dan uang. Harus punya pangkat agar dihargai juga diakui.

53 - Sel Tahanan

Enam orang remaja telah berdiri di depan kantor polisi. Menatap lamat bangunan yang beberapa hari ke belakang selalu Alena, Ael dan Kenan kunjungi---tentu, tanpa sepengetahuan Inti Alister lainnya.

"Yakin, nih? Harus banget gue ikut ke dalam?" tanya Aldo tiba-tiba saat selesai menerima telepon. Membuat langkah yang lain terhenti begitu saja.

Rey menatap Aldo aneh. "Prik lo! Yang kek gini aja masih nanya harus ikut atau nggak?"

"Kenapa, do?" Alena angkat bicara.

"G-gue, gue ada keperluan keluarga yang mendadak. Baru aja Nyokap gue telepon sama kirim pesan biar gue langsung pulang," Aldo menjawab gugup sambil melirik Al yang sedang melihatnya intens. "Lo jangan lihat gue kek gitu dong, Al! Ngeri tau!" ia membuang wajah.

"Kalo emang gak bisa di tinggal, lo pulang aja, Do. Takut ada yang penting," sahut Kenan menyuruh disetujui oleh yang lain.

Aldo mengangguk pelan. "Kalian jangan lama, gue duluan," Cowok itu memutar badan dan membunyikan klakson motornya pertanda pulang duluan.

"Ada-ada aja tuh anak,"

Ael mengendik bahu. "Biarin lah. Yaudah, kita masuk sekarang,"

Alena berada di barisan terdepan. Ladies first. Diikuti oleh yang lain, Alena langsung saja di arahkan memasuki ruangan kepala polisi disana, dimana pada saat bagian resepsionis mereka di periksa juga di tanyai beberapa hal. Sembarang orang tidak mungkin diizinkan begitu saja, kan?

"Permisi," ucap Alena mewakili sembari membuka pintu perlahan---setelah mengetuk.

"Masuk," seorang pria paruh baya menegakkan duduk dengan tegas pada kursi kejayaannya. "Kalian telat dari janji awal, saya memanggil,"

Ael dengan tidak tau malu menggaruk tengkuknya. "Ya, gimana ya, Pak. Anu, sekolah Pak,"

Kenan menyikut Ael.

"Jadi, Bapak kenapa manggil kami, ya?"

Tidak menjawab seorang yang di panggil 'Pak' berdiri dan mempersilakan mereka duduk di sebuah kursi panjang. Dengan beliau yang duduk di kursi solo.

About AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang