55 - Putar Keadaan

3K 323 56
                                    

Pembaca yang baik tahu cara menghargai ⭐

⭐ Pembaca yang baik tahu cara menghargai ⭐

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

55 - Putar Keadaan

Masih di tempat yang sama, mereka duduk menunggu tepat di depan ruang IGD. Mengenai Aldo dan Rey yang pulang. Kedua cowok itu sudah sampai beberapa saat lalu.

"Aldo. Lo kenapa bisa ada disana? Bukannya lo bilang mau pulang gara-gara ada urusan penting?" tanya Alena pelan. Masih ingatkah? Jika sebelumnya mereka ingin bersama ke kantor polisi, lalu Aldo mengatakan jika orangtuanya menyuruh segera pulang? Lantas kenapa cowok ini tiba-tiba sudah ada di markas Alister.

Aldo mengangkat wajah bingung. "Huh? Udah kok. Udah pulang. Selesai disana gue langsung ke markas karena jujur gue punya perasaan gak enak,"

"Apalagi anak inti yang ada disana cuman Asep," lanjutnya melirik sekilas Asep. Mendapat balasan anggukan singkat.

Di persimpangan jalan tadi---saat menuju kantor polisi, secara tiba-tiba Asep menepi. Mengatakan jika sebaiknya ia kembali saja, agar salah satu di antara mereka ada disana untuk berjaga-jaga. Alasannya masuk akal. Kenan pun tanpa pikir panjang menyetujui.

"Sep, gimana bisa markas di serang?" kali ini Rey menuntut penjelasan.

"Gue.. juga gak tau. Tiba-tiba, Gilang sama yang lain datang terus obrak-abrik halaman markas. Posisinya saat itu, gue sama yang lain di dalam ruangan lagi main kartu uno, Bang."

"Gilang ada bilang sesuatu gitu?"

Asep menggeleng.

Sampai saat itu, hening kembali melanda. Dengan keenam remaja melihat lampu berwarna merah, kini berubah menjadi hijau setelah beberapa jam menunggu.

Alena bernapas lega. Sambil menggenggam tangan Al yang tak mau lepas sedari awal mereka kembali dari taman rumah sakit.

Pintu terbuka. Menampilkan sosok dokter wanita melepaskan masker lalu menyimpannya pada saku jasnya.

"Syukurlah, berkat Tuhan. Teman kalian tidak apa-apa. Lukanya memang cukup dalam, untung saja kalian melakukan pertolongan pertama atau tidak pasien akan banyak kehilangan darah, dan meninggal,"

"Alhamdulillah," sorak mereka.

Dokter melotot. M-maksudnya? Mereka bersyukur temannya mau meninggal? batinnya.

"Sekarang gimana keadaanya, Dok?" tanya Ael.

"Efek dari obat bius, pasien sedang tidak sadar. Tapi kondisinya sudah membaik. Pasien juga akan kami pindahkan ke ruang rawat. Untuk beberapa hari ke depan, menstabilkan tubuhnya, dan mendapatkan perawatan yang lebih baik," ujar Dokter sambil berdehem canggung.

Seseorang mengepalkan tangan di belakang punggung.

Astaga, ini buruk batinnya.

"Saya permisi,"

About AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang