12. Pernikahan

51.5K 3.4K 19
                                    

Happy Reading guyss!! 😄❤️
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

-Mandekati Hari pernikahan-

"Hhhhhh~ apakah tak masalah jika aku tidak ikut membantu selama ini? Fitting baju saja aku sudah kelelahan." Ucap Luna berbaring di tempat tidurnya.
"Besok undangan pernikahan akan disebar, entah kenapa aku merasa gelisah. Apa respon orang-orang? Apakah aku dianggap beruntung? Atau dianggap hanya menargetkan harta saja?"
.
.
.

Max duduk di gedung teater menyaksikan pertunjukan drama. Ia pergi karena menerima undangan dari Sania, karena pada drama ini ia menjadi peran utama. Max sangat menikmati pertunjukan drama, ia kadang membayangkan bahwa ia lah yang berada di atas panggung. Itu mimpinya sejak kecil, tapi ia rela menguburkannya demi keluarga. Ia ingin agar perusahan keluarganya tidak dipegang orang lain karena ayah dan kakeknya lah yang susah payah membangunnya. Max menggunakan penyamaran untuk datang kemari yaitu topi dan kacamata hitam, ia menyamarkan diri sebaik mungkin karena khawatir akan ada yang mengenalinya. Beberapa hari lagi ia akan menikah, akan menjadi masalah besar jika ia ketahuan bertemu wanita lain.

"Sania, ada seseorang yang ingin menemuimu. Ia bilang namanya Max." Ucap seorang penjaga ruangan Sania.

"Suruh ia masuk." Ucap Sania.

Max pun memasuki ruangan. Belum sempat ia berkata-kata, Sania sudah memeluknya.

"Aku tidak menyangka kau datang. Ini sudah sangat lama sejak kita bertemu." Ucap Sania.

"Sania, lepas kan aku." Ucap Max.

"Ck.... Kau ini selalu dingin." Ucap Sania kesal.

"Selamat atas keberhasilan mu di pertunjukan kali ini." Ucap Max sambil menyerahkan bunga.

"Ya... Tapi, keberhasilanku yang sesungguhnya adalah kedatanganmu. Terima kasih sudah datang." Ucap Sania.

"Aku kemari ingin mengatakan sesuatu." Ucap Max.

"Katakan Max." Ucap Sania.

"Ini." Max menyerahkan undangan pernikahannya pada Sania.

"......"

"Aku harap setelah ini kita menjaga jarak karena aku akan menikah." Ucap Max.

"Apa? Tapi, bukankah kau mencintaiku? Walaupun kau tidak pernah mengatakannya, tapi kau pernah mengajakku bertemu orang tuamu, kau juga pernah mengajakku menikah." Ucap Sania.

"Sebentar lagi aku akan punya istri, aku ingin mempertegas hubungan kita. Tolong posisi kan diri kita sebagai teman. Jika bertemu tolong jangan-..." Ucap Max.

"Apa yang kau katakan! Kau ingin kita menjaga jarak? Bukankah pernikahanmu hanya kepura-puraan? Aku lah yang menyuruhmu menikahi wanita lain dulu karena aku belum siap, itu bukan karena aku tidak mau. Max.... Tolong jangan katakan itu. Aku mencintaimu Max." Ucap Sania.

"Sania hentikan. Tidak bisa kah kau lebih dewasa? Aku akan menikah, tidak mungkin kita bisa sedekat dulu. Tolong perhatikan batasanmu." Ucap Max.

"Tidak! Max kau bercandakan! Kau juga menikahi wanita yang dulu menjadi bahan taruhan. Saat tau itu aku tau kau tidak serius. Tolong jangan dorong aku menjauh. Aku tak bisa Max. Aku mencintaimu." Ucap Sania.

"Kau fokus saja pada karirmu, dan aku juga akan fokus pada urusanku." Ucap Max.

Deg....
Tiba-tiba hati Sania menjadi sakit. Ia menolak Max karena mementingkan karir, sekarang Max menyuruhnya menjauh dan mengurus karirnya sendiri, entah kenapa rasanya sangat sakit.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang