67. Kesayanganku

24.9K 2.5K 166
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒


Max sudah berada di kamar bersama Luna. Waktu sudah menunjukan pagi hari. Max bahkan belum sempat tidur demi menjaga Luna yang belum sadarkan diri.

Dokter mengatakan operasinya berhasil, namun Luna diperkirakan akan koma dalam jangka waktu pendek. Mereka tidak dapat memprediksi kapan Luna akan bangun.

Karena kelelahan Max akhirnya ketiduran dengan posisi duduk, ia bersandar di kursi dan duduk di samping luna.
.
.
.

Tak lama Max kemudian terbangun karena orang tuanya datang menjenguk Luna. Mereka sudah tau keadaannya dan prihatin mengenai kondisi Luna, ibu Max bahkan pingsan saat tau Luna keguguran dan kondisinya kritis. Tak di pungkiri ia merasa sangat bersalah karena demi menyelamatkan keluarga Anderson nyawa Luna sampai harus terancam, bahkan calon cucunya keguguran.

Caterine datang dan langsung memeluk Max. Ia mencoba menguatkan anaknya atas semua yang telah terjadi.

"Luna akan baik-baik saja. Dia anak yang kuat, ia pasti bisa melalui semua ini. Kau jangan pernah meninggalkannya." Ucap Caterine.

Max lalu membalas pelukan ibunya. Ia belum mengatakan kepada orang tuanya bahwa rahim Luna rusak yang menyebabkan ia sulit memiliki anak. Ia khawatir ibunya akan sangat menyalahkan dirinya sendiri, kemarin Max sangat khawatir karena ibunya tiba-tiba pingsan mendengar Luna yang kritis dan keguguran.

'Biarkan ibu tau seiring berjalannya waktu.' pikir Max.

Saat keluarga Anderson saling menguatkan, mereka tak menyadari jari Luna yang sedikit bergerak.
.
.
.
.

-Beberapa hari kemudian-

Hari ini Luna sudah bisa dipindahkan di rumah sakit pusat karena dokter menilai ada perkembangan dan tinggal menunggu waktu Luna akan sadar.

Max terpaksa memilih rumah sakit miliknya lagi, padahal disanalah tempat terjadi penculikan Luna. Ia memilihnya karena hanya rumah sakit miliknya yang punya fasilitas terlengkap dan modern. Kali ini Max menambah 4x lipat penjagaan di rumah sakit, ia bahkan sampai menyewa beberapa orang profesional dari luar negeri untuk menjaga rumah sakit.

Max dengan hati-hati memasangkan kalung di leher Luna, ia juga memakaikan kembali cincin pernikahan mereka.

"Luna... Maafkan aku." Ucap Max. Yang entah sudah berapa kali ia ucapkan kepada Luna yang belum membuka mata.
.
.
.

"Ugh... Gelap...."
"Kenapa aku di tempat yang gelap? Hah... Hah..." Ia berlari mencari cahaya karena kegelapan membuat dadanya sesak. Ia sulit bernafas.
"Seseorang tolong....!!! Ugh.... Hah... Hah..."
"Kenapa aku disini? Siapa aku?! Seseorang... Tolong...." Teriaknya sambil memegang dadanya yang sakit.

Ia terduduk menutup wajahnya mencoba menarik nafas dengan tenang.

Hug....
Tiba-tiba ada tangan kecil yang memeluknya dari belakang.

"Mama." Panggilnya.

Luna menjauhkan tangannya dari wajahnya ia kemudian melihat seorang anak berambut hitam berdiri di depannya, setelah melihat anak itu entah kenapa nafasnya mulai stabil. Tempat disekitarnya pun perlahan-lahan berubah menjadi putih, tidak lagi hitam seperti tadi.

"Siapa?" Tanya Luna.

"Mama. Aku putramu." Ucap anak laki-laki itu tersenyum manis.

"Putraku?" Ucap Luna bingung, kemudian entah kenapa air mata meluncur begitu saja ke pipinya.
"Benarkah?" Tanya Luna memastikan.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang