50. Tanggung jawab

45.7K 3K 84
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

"Luna, jika-..."

Drtt... Drtt... Drtt..~

Saat Max dan Luna sedang melanjutkan pembicaraan tiba-tiba terdengar deringan dari ponsel Max.

"Aku akan mengangkat telfonnya dulu." Ucap Max.

Luna mengangguk dan Max langsung keluar kamar.
.
.

"Ada apa?" Tanya Max.

"Saya sudah mendapatkan yang anda inginkan dan sudah saya kirim ke email anda, tuan." Ucap seseorang di panggilan telfon.

"Bagus, intai terus dan cari kelemahannya yang lain." Ucap Max.

"Baik tuan."

Max lalu ke ruang kerjanya untuk memeriksa email. Ia melihat foto-foto yang baru saja dikirim, di foto tersebut terlihat ayah Sania merangkul wanita muda yang bukan istrinya, terlihat juga foto ayahnya mencium pipi wanita tersebut.  Wanita tersebut terlihat seumuran dengan Sania. Walaupun ayah Sania terlihat memakai topi namun di beberapa foto wajahnya sangat  terlihat jelas. Max lalu melihat foto lain dengan objek berbeda. Disana terlihat ibu Sania yang bermesraan dengan seorang pemuda di sebuah bar. Ia bergelayut manja pada pemuda itu dengan tatapan menggoda.

'Ch... Suami dan istri sama-sama brengsek. Akan lebih mudah jika ibu Sania adalah wanita baik. Tapi jika ibu Sania wanita yang sama buruknya, maka ayah Sania bisa berkilah dan playing victim, itu bisa menjadi bumerang dan membuat rencana berantakan.' pikir Max.

Max pun menutup email dan berencana pergi ke kamar. Saat ia membuka pintu kamar ia melihat Luna yang sepertinya habis jatuh dan sedang kesulitan untuk berdiri.

"Luna! Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi disini?" Tanya Max kaget, ia menghampiri Luna dan membantunya berdiri.

"Aku hanya berencana pergi ke toilet, tadi aku hilang keseimbangan dan jatuh." Ucap Luna menunduk seperti menghindari tatapan Max.

Walau Luna tampak menghindari tatapannya, Max masih dapat melihat bahwa wajah Luna terlihat menahan sakit hal itu sangat membuatnya merasa bersalah. Ia teringat perkataan bibinya bahwa tubuh Luna terluka dan perlu bantuan untuk beraktivitas sehari-hari.

"Harusnya kau panggil aku." Ucap Max lalu menggendong Luna dengan hati-hati.

"Agh... Max...." Ucap Luna kaget.

"Apakah sakit? Apakah aku menyakitimu?" Tanya Max khawatir.

Luna menggelengkan kepalanya pelan.
"A-..aku hanya terkejut." Ucap Luna memalingkan wajahnya.

Max bernafas lega, ia lalu berjalan ke arah toilet dengan Luna digendongannya.
"Apakah sangat sulit untuk berjalan?" Tanya Max canggung.

Luna mengangguk jujur namun ia masih tak mau menatap Max.

"Lain kali jika ingin melakukan sesuatu tolong panggil atau hubungi aku. Aku akan datang dimanapun dan kapanpun." Ucap Max.

"Kau seorang CEO perusahaan yang sibuk. Aku hanya kesulitan berjalan. Tolong berikan saja aku kursi roda, aku janji tak akan merepotkan mu." Ucap Luna.

"Walau bagaimanapun ini tanggungjawab ku, kau tak pernah merepotkan ku sama sekali, dan soal kursi roda nanti  akan aku diskusikan dulu dengan bibi." Ucap Max.

"Beberapa waktu yang lalu kau menunjukan bukti padaku bahwa kau tidak sepenuhnya bersalah. Ini bukan tanggung jawabmu sepenuhnya, aku tak ingin mengganggu pekerjaanmu " Ucap Luna.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang