52. Terapi

34.6K 2.8K 114
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

-Dua hari kemudian-

"Luna ayo bangun..." Ucap Max membangunkan Luna.

"Umhh?" Ucap Luna setengah sadar.

"Hari ini kau harus konsultasi ke psikolog." Ucap Max.

"Hmm...." Ucap Luna masih dengan mata tertutup.

"Atau kau berubah pikiran untuk mendatanginya? Kalau begitu aku bisa memanggilnya kemari atau kau ingin hari lain?." Tanya Max.

"Tidak aku mau kesana... Sebentar lagi Max... Sepuluh menit lagi." Pinta Luna.

"Baiklah." Ucap Max mengabulkannya.
'Dia pasti sangat ingin keluar setelah beberapa waktu terus di rumah karena masa penyembuhan.' pikir Max.
.
.
.
.
.

Setelah beberapa saat Luna mempersiapkan diri, akhirnya ia siap untuk pergi keluar. Ini adalah kali pertamanya keluar rumah sejak ia sakit. Jujur saja ia sudah rindu keramaian dan kesibukan kota.

"Kau siap?" Tanya Max.

"Ya." Balas Luna tersenyum kecil.

Max mengangkat Luna dan mendudukkannya di kursi mobil. Tak lupa ia melipat dan membawa kursi roda Luna lalu menyimpannya di bagasi.

Mereka berangkat menuju rumah sakit tempat dokter Roselia berada. Di sepanjang perjalanan Luna hanya diam dan memandangi jalan. Entah apa yang ia lamunkan Max sama sekali tidak ingin mengganggunya. Walaupun Luna tak memberitahunya Max tau ia pasti sangat rindu suasana di luar rumah. Mau bagaimana lagi, bibi Hana melarangnya keluar agar ia lebih banyak istirahat dan fokus pada penyembuhan. Max lega sekarang kondisi Luna sudah jauh lebih baik dari hari ke hari.
.
.
.

"Sudah sampai." Ucap Max.

Luna lalu mengangguk dan melihat gedung rumah sakit milik Anderson grup, sejak mengenal Max ia jadi merasa mudah dan terbiasa untuk memasuki gedung ini padahal dulu ia tak pernah terpikirkan sedikitpun untuk menginjakkan kaki ke rumah sakit karena biaya berobat sangatlah mahal, lebih baik ia gunakan uangnya untuk makan atau membayar hutang ayahnya.

Setelah Max mengeluarkan kursi roda di bagasi, ia membuka pintu mobil lalu mengangkat Luna dengan hati-hati untuk di dudukan di kursi roda.

"Terima kasih." Ucap Luna setelah ia duduk dengan nyaman di kursi roda.

Max mengangguk kemudian mendorong Luna menuju ruangan dokter Roselia.
.
.
.

"Sebelah sini tuan dan nyonya, dokter Roselia telah menunggu anda." Ucap suster rumah sakit sambil membuka pintu ruangan dokter Roselia mempersilahkan Luna dan Max untuk masuk.

"Saya sudah menunggu anda tuan dan nyonya." Ucap dokter Roselia berdiri dari tempat duduknya dan menjulurkan tangan untuk bersalaman.

"Senang bisa bertemu anda lagi. Tuan Max." Ucap dokter Roselia.

"Hm..." Ucap Max singkat.

"Dan senang bertemu anda nyonya Luna." Ucap Roselia tersenyum hangat.
'Akhirnya kita bertemu, Luna. Aku sudah sangat merindukan mu. Ternyata kau semakin cantik. Aku agak sedih kau melupakan-...."

"Ekhem..." Max berdehem karena dokter Roselia dari tadi hanya menatap Luna dan belum melepas jabatan tangannya.

"Ah... Maafkan saya." Ucap dokter Roselia reflek melepaskan tangannya.

Luna kemudian hanya tersenyum canggung.
'Aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat.' Pikir Luna ragu.

"Baiklah nyonya. Apa anda siap menerima terapi? Mungkin tuan Anderson sudah mengatakannya, bahwa terapi ini dilakukan untuk mengendalikan atau bahkan menghilangkan trauma anda." Ucap dokter Roselia.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang