47. Luka

44.4K 3.2K 152
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

"Kau pria jahat! Kalian semua jahat! Hiks... Kalian merencanakannya lagi bukan? Apa aku jadi bahan taruhan lagi? Apakah itu sama seperti dulu, menunggu aku percaya padamu dengan segenap hati setelah itu barulah kau mengkhianatiku? Kau sungguh tau bagaimana caranya menyakiti orang lain, Max. Hiks..." Ucap Luna sedih.

"Luna, kau salah pah-..."

"Apa lagi yang kau dapatkan setelah melecehkanku? Kau puas sekarang setelah menginjak-injak harga diriku? Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja saat aku masih dalam keadaan tak sadar?! Ah... Benar, aku tau sekarang, kau menungguku sadar agar aku bisa merasakan sakitnya bukan? Baiklah Max, lakukan sesukamu. Bunuh saja aku sekarang biar kau dan teman-teman mu puas! Cepat bunuh! Hiks... Setelah aku mati kalian bisa-...."

Greb....
Max langsung memeluk Luna dengan cepat sebelum Luna lebih banyak mengatakan sesuatu yang manyakitkan dan tak mampu ia dengar. Ada ketakutan dan rasa bersalah dalam pelukannya. Hatinya sangat sakit saat Luna meminta dibunuh olehnya. Dan ia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada Luna. Ia mengusap rambut Luna lembut mencoba menenangkannya.

Luna yang seluruh badannya sulit digerakkan hanya bisa pasrah menerima pelukan Max. Anehnya hati dan tubuhnya tidak menolak. Tidak seperti orang-orang yang telah melecehkannya, yang bahkan untuk mendengar namanya saja sudah membuat Luna gelisah dan gemetar. Tapi dipelukan Max, orang yang telah merenggut kesuciannya ini anehnya ia bahkan bisa bernafas lebih tenang dari sebelumnya.

'Hangat.... Kenapa pelukannya selalu terasa hangat? Dia bahkan sudah memperkosaku tapi kenapa tubuhku tidak menolaknya? Kenapa justru aku menjadi nyaman seperti ini? Aneh.. Ini membuatku mengantuk. Aku sangat lelah, seluruh tubuhku terasa sakit.' pikir Luna yang mulai hilang kesadaran.
'Tidak! Aku tidak boleh tidur lagi... Bagimana mungkin aku yang tanpa menggunakan sehelai benangpun bisa ketiduran di pelukan pria brengsek ini. Aku harus melawannya. Aku harus mendorongnya menjauh darik-...'
Semakin Luna berusaha keras untuk bergerak, kesadaran Luna semakin menghilang dan dalam hitungan detik ia pun sudah tak sadarkan diri.

'Syukurlah, ia tak takut dan tidak menolakku.' pikir Max lega.
"Lihat, kau tak apa-apa dipeluk olehku. Tenanglah Luna. Jangan mengatakan hal menyakitkan seperti itu lagi. Kau sudah salah paham. Aku tidak-..."

Tuk...
Tangan Luna yang tadi menutup wajahnya jatuh terkulai lemas.

"Luna?!" Panggil Max memastikan keadaan Luna dengan memegang dahi dan pipinya.
"Kau demam? Tunggu sebentar, aku akan-..."

Seketika Max terdiam saat melihat banyak tanda merah di leher Luna hingga ke bagian atas dadanya yang tak tertutupi selimut.

Max tertegun seketika kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa menepati janji dan melanggar kontrak yang telah disepakati. Ia kesal karena setiap malam Luna menderita karena trauma dari pelecehan yang pernah dialaminya, dan sekarang dirinya malah melakukan hal yang lebih buruk dari mereka. Ia sekarang semakin khawatir jika trauma Luna justru akan semakin parah.

'Sial! Aku memang berengsek! Wajar jika ia marah dan kecewa padaku.' pikir Max kesal.
"Maaf."
Bisik Max menyesal.
'Setelah ini jika Luna menginginkan perpisahan, apa yang harus ku katakan? Walau dikontrak menyatakan bahwa perpisahan tidak bisa dilakukan, tapi sekarang perpisahan itu justru terdengar lebih baik daripada ia memintaku untuk membunuhnya seperti tadi.' pikir Max miris.

Max pelan-pelan membaringkan Luna. Ia sangat berhati-hati agar selimut yang Luna gunakan untuk menutupi tubuhnya tidak terbuka, meski Luna tak sadarkan diri ia tak pernah mengambil kesempatan untuk berbuat buruk pada Luna. Ia sangat menghormati Luna karena Luna sudah memberi banyak padanya dan keluarganya, sampai malam tadi karena efek obat yang diberikan padanya secara diam-diam telah menghancurkan hubungannya dan Luna yang selama ini terjalin dengan baik. Ia sangat menyesal baru menyadari perasaannya sekarang, ia yakin Luna tak akan mudah untuk mempercayainya lagi.
'Sekarang aku sangat menyesal tidak langsung mengatakannya saat itu.' pikir Max.
Max menaikan lagu selimutnya hingga ke bawah leher Luna.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang