75. Shock

22K 2.5K 271
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Max mengusap kepala Luna pelan, Luna telah di tangani dan sekarang masih belum sadarkan diri.

Tak terasa sudah 4 bulan lamanya ia dan Luna berpisah, sisa 8 bulan untuk mengakhiri secara resmi perpisahan mereka.

Sudah 4 bulan Max tak sedekat ini dengan Luna bahkan ia masih tak percaya bisa mengusap kepala Luna lagi.

Dokter mengatakan ia sakit karena stress dan banyak pikiran, ditambah lagi ia mengalami menstruasi membuatnya kekurangan darah.

Saat Maxime masih mengusap kepala Luna tiba-tiba Luna membuka matanya, namun tatapannya kosong.

"Max..." Panggil Luna.

"......" Max membeku, ia terkejut atas apa yang terjadi.

"Sekarang.... Aku bermimpi tentang mu lagi." Ucap Luna.

'Dia pikir ini mimpi?' pikir Max.

"Aku.... Berusaha mencari pembunuh anak kita melalui serpihan ingatan yang kembali." Ucap Luna.
"Aku tidak tau pasti, tapi... Sania... Mungkinkah Sania yang-... Ugh... kepalaku sakit, aku tak punya bukti yang kuat, tapi hatiku mengatakan bahwa ia pelakunya. Aku tidak ingin sembarangan menuduh, tapi-.." Ucap Luna terhenti lalu meneteskan air mata.

"Shh..... berhenti Luna." Pinta Max sambil mengusap kepala Luna.
"Serahkan pada ku. Aku akan cari tau, jangan terlalu memaksakan diri. Aku tak ingin kau sakit." Ucap Max kemudian berpindah mengusap air mata Luna.

"Pelukan." Ucap Luna.

"???" Max menatap Luna bingung.

"Ini hanya mimpi, jadi... Tolong peluk aku, Max. Pelukanmu... Selalu berhasil membuatku tanang." Ucap Luna.

Max kaget mendengar permintaan Luna, ia kemudian tersenyum tipis.

Max kemudian berbaring di samping Luna karena ranjang Luna cukup untuk dua orang, ia kemudian memeluk dan mengusap punggung Luna.

"Tak apa, tidurlah lagi. Serahkan semua padaku." Ucap Max.

Luna pun tertidur lagi. Dengan nafas yang tenang.

Melihat Luna sudah tenang, Max pun bangkit dan keluar dari ruangan Luna.
Disana sudah ada ajudan yang menyamar menjadi kurir pengantar makanan yang menunggunya.

"Kau sudah urus semuanya? Jangan sampai istriku tau aku yang mengantarkannya kemari " Tanya Max.

"Sudah Pak. Semuanya aman terkendali. Semua CCTV termasuk CCTV mobil yang parkir di area yang anda dan nyonya Luna lewati telah di hancurkan, serta beberapa orang seperti pemilik apartemen, satpam, dokter, perawat, dan resepsionis telah di sogok untuk tutup mulut." Ucap Ajudan.
.
.
.
.
.
.

Luna membuka matanya dan melihat ruangan yang tampak tak asing baginya. Hari juga sudah gelap membuatnya bingung dan mengingat-ingat kejadian yang telah terjadi.

Namun tetap saja ia tak mengingatnya. Kecuali mimpi itu, mimpi ia bertemu dengan Max, di ruangan ini.

"Tunggu. Siapa yang membawaku kemari? Jangan-jangan itu bukan mimpi. Apakah Max yang membawaku kemari?" Pikir Luna panik, pasalnya ia meminta dipeluk Max dan akan sangat memalukan jika itu bukan mimpi.

Luna bangun dari tempat tidurnya. Dan berjalan keluar, tujuannya adalah meja resepsionis, walau kepalanya masih sedikit pusing ia tetap memaksakan diri.

Sambil membawa infus Luna berjalan pelan menuju resepsionis.

"Suster. Saya Luna Allen, dikamar 12. Siapa yang membawa saya kemari, suster?" Tanya Luna tergesa-gesa.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang