48. Mimpi

38.7K 3.1K 110
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Setelah bibinya pergi, Max kembali masuk ke kamar untuk melihat keadaan Luna. Terlihat bahwa Luna sudah memakai baju dan menggunakan infus. Seprai, sarung bantal dan selimut juga sudah diganti oleh bibinya.

Max merasakan lagi suhu tubuh Luna dan ternyata masih terasa panas.

Max pun mengambil kain basah untuk mengompres Luna berharap demamnya segera turun.

'Bagaimana jika ia tak mau memaafkanku? Walau bagaimanapun aku sudah melanggar kontrak dan mengkhianati kepercayaannya.' pikir Max khawatir.
.
.
.

-Siang hari-

Max pergi keluar kamar sebentar karena obat dan hasil lab dari bibinya telah sampai. Max melihat hasil lab dan melihat catatan dari bibinya yang bertuliskan bahwa di minuman itu terdapat jenis narkotika yang membuat orang hilang kesadaran dan 'bersemangat'.

'Sesuai dugaanku, aku harus menjelaskannya pada Luna. Semoga ia bisa mengerti.' pikir Max optimis.

Saat kembali ke kamar ia melihat Luna yang menutupi dirinya dengan selimut, ia hanya mengeluarkan tangannya yang sedang diinfus. Terdengar sedikit suara tangis dari dalam selimut membuat hati Max tenggelam merasa bersalah lagi.

"Luna..." Panggil Max pelan.

Luna tak menjawab, ia malah menahan tangisannya, dan sekarang tangisannya menjadi lebih kecil.

"Kau harus minum obat agar segera membaik." Ucap Max.

Luna lalu memiringkan tubuhnya membelakangi Max. Namun seluruh tubuhnya masih tertutup selimut. Ia seperti tak ingin berbicara dengan Max.

'Sepertinya tidak bisa untuk bicara dengannya disaat seperti ini.' pikir Max tanpa sadar mencengkram kertas hasil lab.

"Hhhh~ baiklah, aku akan keluar dari sini jika kau merasa sedang ingin sendiri. Aku simpan obatnya disebelah bantalmu. Disana ada obat yang dikonsumsi sebelum makan dan sesudah makan, um... Ada juga o-..obat oles untuk luka lecetmu." Ucap Max berhenti sebentar karena merasa canggung dan tidak nyaman mengatakannya.
"Untuk saat ini kau bisa memilih obat yang dikonsumsi sebelum makan terlebih dahulu karena hari ini kau belum makan apapun. Petunjuk lainnya sudah tertulis disana dan air mineral sudah aku geser di ujung meja tidurmu agar kau mudah meraihnya." Ucap Max sambil meletakkan obat disebelah bantal Luna dan menggeser gelas berisi air minum.
"Jika kau membutuhkan bantuan tolong katakan padaku." Ucap Max menunggu respon Luna.

"...."
Namun Luna tak merespon apapun.

"Baiklah kalau begitu aku akan keluar sekarang," Ucap Max pasrah.

"...."
Luna masih diam tidak merespon sama sekali.

Max hanya bisa memakluminya dan pergi keluar kamar meninggalkan Luna sendiri berharap Luna bisa lebih tenang dan bisa di ajak untuk berbicara.
.
.
.

-Satu jam kemudian-

Tok... Tok...
"Luna bolehkah aku masuk?" Tanya Max.

"...."
Tak ada tanggapan dari Luna.

"Luna?" Panggil Max lagi.

"...."

Tok... Tok..
"Luna... jika kau tidak menjawab aku akan masuk." Ucap Max.

"...."
Masih tak jawaban dari Luna.

"Baiklah aku akan masuk." Ucap Max sambil membuka pintu, ia juga membawa bubur yang ia pesan khusus untuk orang sakit.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang