60. Asing

28.8K 2.3K 138
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

-Dua Minggu kemudian-

Sudah tiga hari lamanya Luna sakit. Dokter mengatakan karena efek cuaca yang memasuki pancaroba sehingga mudah sekali terkena penyakit.

Sudah tiga hari Max sulit tidur karena mengkhawatirkan Luna yang sedang sakit. Setiap pagi ia memeriksa suhu tubuh Luna yang masih panas.

"Uhuk.... Uhuk... Uhuk...." Luna terbangun karena batuknya sendiri, ia lalu memeringkat tubuhnya memunggungi Max agar Max tak terganggu. Luna tak menyadari Max dari tadi sudah bangun dan menatapnya karena Luna batuk sambil sedikit masih terpejam.

"Uhuk... Uhuk..."

Max lalu mengusap punggung Luna berharap batuk Luna segera mereda.

"Max! Uhuk... Uhuk...." Ucap Luna pelan sambil membelakangi Max.

Setelah batuknya reda, Luna berbalik menghadap Max.

"Sudah tiga hari berlalu, tapi kau tak kunjung ada perubahan. Besok ayo kita ke rumah sakit." Ucap Max.

Luna hanya mengangguk setuju. Awalnya Max bersikeras agar ia di rawat di rumah saja karena pengamannya ketat. Namun dokter mengatakan lebih baik di rujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas medis yang lengkap.

Luna pun lalu membalikkan tubuhnya menghadap Max.
"Maaf." Ucap Luna.

"Aku sudah berkali-kali mengatakannya. Aku tak ingin mendengar kata itu." Ucap Max.

"Aku tidak bisa tidak mengatakannya disaat aku menyadari kesalahanku." Ucap Luna.

"Baiklah aku mengerti. Kali ini kenapa?" Tanya Max.

"Aku terus merepotkanmu, beberapa hari ini aku mengganggumu tidur dan mengganggu pekerjaanmu." Ucap Luna mengakui semua kesalahannya.

Max terdiam beberapa saat, ia sebenarnya merasa tidak nyaman karena Luna terus merasa bersalah padanya untuk hal yang sudah seharusnya ia lakukan sebagai suami. Ia yakin semua suami di luar sana juga akan melakukan hal yang sama jika istrinya yang hamil merasa sakit atau kesulitan. Luna yang terus merasa bersalah padanya menandakan bahwa ia belum cukup dekat dengan Luna.

Max lalu mengusap rambut Luna menenangkannya.
"Jangan terus merasa bersalah seperti ini-...." Ucap Max terputus.
'Karena hal itu menandakan bahwa aku masih asing bagimu.' ucap Max dalam hati.
"Kau sedang hamil anakku. Sudah sepatutnya kita saling membantu satu sama lain untuk menjaga anak kita." lanjut Max.

Luna tersenyum lalu meraih tangan Max lalu meletakkannya di perutnya.

"Dia menendang Max." Ucap Luna.
"Kau merasakannya?" Tanya Luna.

Max mengangguk. Ia lalu mendekat dan memeluk Luna. "Beberapa kali kau minta dipeluk olehku dan aku selalu memberikannya. Kali ini giliran ku, aku ingin memelukmu karena di luar sedang hujan, kau pasti kedinginan. Tubuhmu mudah sekali dingin." Ucap Max.

"Aku sebenarnya tidak kedinginan, kau sudah menyalakan penghangatnya sebelum kita tidur tadi" Ucap Luna.

"Kalau begitu aku memelukmu karena sepertinya anak kita memintanya." Ucap Max, ia meniru alasan Luna yang selalu dipakai saat ia ingin memeluk Max.

Luna lalu balas memeluk Max.
"Kau tak perlu minta izin saat kau sudah melakukannya. Harusnya kau minta izin sebelum melakukannya." Ucap Luna.

Max tertawa kecil, mereka lalu melanjutkan tidur sambil saling berpelukan
.
.
.
.
.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang