20. Hukuman

49K 3K 19
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

'Ke-... Kenapa aku merasa dia sedang sangat marah? Aku bahkan tidak melanggar kontrak, ini hanya reuni dengan sahabat lama.' pikir Luna.

Luna melihat Rayand dan merasa tidak nyaman dengan situasi canggung saat ini.

"Ah... Rayand. Perkenalkan ini-..." Ucapan Luna terpotong.

"Maxime Anderson, suami dari Luna Anderson." Serobot Max, sambil mengulurkan tangan.

"Salam kenal tuan Anderson, saya Rayand Rennold, mantan kekasih Luna Allen." Ucap Rayand sambil menerima uluran tangan Max.

Luna melihat keduanya secara bergantian.
'Kenapa suasananya menjadi senakin berat? Aku merasa seperti harus segera memisahkan mereka.' pikir Luna.

"Um-... Rayand. Maafkan aku. Aku rasa lain kali saja kita berbicara." Ucap Luna memutuskan.

"Iya, tidak masalah. Lagipula suamimu menyuruhmu kembali. Kau tidak bilang jika kau mabuk perjalanan, aku pikir wajahmu pucat karena lapar. Dulu saat kita pacaran kau sering menahan lapar karena terus bekerja hingga lupa waktu makan." Ucap Rayand sambil tersenyum tanpa dosa.

Luna agak kaget Rayand berani mengungkit kenangan lama mereka didepan suaminya. Walaupun Max hanya suami kontrak tapi Luna tetap tidak nyaman.
"Um, ya. Itu sudah sangat la-..." Ucap Luna terpotong lagi.

"Kalau begitu kami permisi dulu." Ucap Max lagi-lagi memotong perkataan Luna.

Luna menatap Rayand sekilas dan pamit.
"Aku pergi dulu." Ucap Luna.

"Ya... Sampai bertemu lagi, Luna." Ucap Rayand tersenyum ramah.
.
.
.
.

"Jadi ini alasanmu pergi ke supermarket? Kau ingin bertemu dengannya? Jika dilihat oleh para wartawan lalu memotret kalian bagaimana? Kau harus tau bahwa orang-orang yang berniat menjatuhkan ku sangat banyak! Kau harusnya profesional, kau sudah tanda tangan kontrak, jadi kau harus mematuhinya." Ucap Max bertubi-tubi.

"Tapi kami sungguh hanya kebetulan bertemu. Aku juga terkejut bertemu dengannya disa-...." Ucap Luna yang kesekian kali ucapannya dipotong oleh Max.

"Hanya kebetulan, hn? Lalu kenapa kau ingin pergi ke restoran bersamanya? Jika foto kalian tersebar, kau tidak memikirkan perasaan ayah dan ibuku yang nanti akan sedih dan salah pah-...?" Ucap Max terpotong.

"Maxime! Aku pikir kami hanya bertemu sebagai sahabat yang sudah lama tak berjumpa, oleh sebab itu aku menyetujui untuk makan bersamanya. Aku memang tidak ada bukti untuk membuktikan pernyataan ku benar, terserah kau percaya atau tidak!" Ucap Luna sambil menundukkan pandangannya mengambil nafas pelan, entah kenapa ada sesuatu yang ngilu di hatinya saat dituduh sesuatu yang bahkan tidak terpikirkan untuk dilakukannya. "Aku-...aku bersumpah tidak pernah memiliki niat buruk, apalagi menyakiti perasaan ayah dan ibu." Lanjut Luna dengan sekuat tenaga menahan air mata di kedua matanya, ia tak ingin menangis di depan Max walau ia sangat sedih. "Jika kau menganggap itu melanggar kontrak, aku akan terima hukumannya, tapi tolong jangan katakan bahwa aku berniat mengecewakan ibu dan ayah, itu-... itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiranku." Ucap Luna dengan suara yang bergetar.

"....." Max terdiam tidak merespon.

"Aku akan kembali ke kamar, jika kau sudah memutuskan hukumannya beritahu aku." Ucap Luna berlalu pergi meninggalkan Max.
.
.
.

Luna menaruh belanjanya asal dan langsung menuju tempat tidur.

"Hiks..... Hiks..." Luna mulai menangis, baginya kata-kata Max tentang menyakiti perasaan ayah dan ibu sangat membuatnya terluka dan sedih.

'Kenapa? ini pasti karena sedang haid, hormon ku tidak stabil dan aku menjadi sangat sensitif dan cengeng...'

'Sungguh aku tidak berniat melukai ayah dan ibu. Hikss.... Tapi, ini semua memang kesalahanku. Harusnya aku tidak menyetujui ajakan Rayand. Bagaimana jika ada wartawan yang sudah memotret dan menulis berita macam-macam...? Ayah, ibu dan pak Felix pasti kecewa padaku. Hikss... Aku takut.... Bagaimana jika aku membuat mereka kecewa... Hiks... Aku-... Aku-... Selalu melakukan kesalahan dan menyusahkan orang lain.'

Luna menangis dalam diam membuat dadanya terasa sakit, tak ada kata-kata yang terlontar dari bibirnya. Ia hanya mengatakannya di dalam hati.
.
.
.

Setelah menangis lalu tertidur, waktu menunjukkan 21.30 malam. Perut Luna sudah lapar karena ia belum makan apapun.

Luna menuju paper bag belanjaannya dan mengambil apel yang tadi ia belanjakan, ia sebenarnya tidak ingin keluar dari kamar, tapi ia sudah gerah dan sedang haid. Ia tentu harus mandi untuk membersihkan diri.

'Tapi di luar masih ada Max. Aku khawatir ia masih marah jika melihatku. Mungkin... Tunggu sebentar lagi saat ia tidur.' Pikir Luna.

Untuk mengisi waktu dan menunggu Max tidur, Luna mengambil dokumen yang beberapa waktu lalu diberikan oleh Max. Ia sedang melihat-lihat daftar tamu-tamu penting yang akan datang di pesta bisnis.

Saat membukanya, betapa terkejutnya ia karena melihat sosok yang tidak asing dari masa lalunya.

'Ayah Rayand ternyata akan datang ya... Aku masih belum ingin bertemu dengannya. Semoga aku tidak berhadapan langsung dengannya.' harap Luna.
.
.

Tak terasa waktu terus berjalan, sekarang sudah menunjukan 22.35 wib.

'Max pasti sudah tidur kan? Ya... Aku harus keluar dan segera mandi.'

Cklek...
Luna keluar kamar dan sedikit kaget melihat Max yang berada didepannya dengan gesture mengangkat tangan seperti ingin mengetuk pintu.

"Ekhem..." Max tiba-tiba batuk dan menurunkan tangannya.

"Ada apa? Apakah kau sudah memutuskan hukuman ku?" Tanya Luna berusaha tenang, jujur ia sedikit malu dan belum siap bertemu dengan Max sekarang apalagi wajahnya pasti terlihat aneh karena sehabis menangis.

"Hukuman?-..." Tanya Max.
"Oh.. ya! Tentang hukumanmu itu! aku sudah tentukan apa hukumannya. Pergi ke dapur dan makan makanan di atas meja. Aku tadi memesan terlalu banyak, jadi habisi itu semua tanpa ada yang tersisa." Ucap Max, Lalu berlalu pergi.

"Apa kau bercanda? Apakah itu yang kau sebut hukuman?!" Tanya Luna ragu.

"Apakah ada masalah dengan hukumanku? Tadi pagi bukankah kau terlihat tidak terima aku mengatakan tubuhmu berat? Aku ingin membuat tubuhmu semakin berat. Kau harus terima karena itu hukuman yang pantas untukmu." Ucap Max datar dan meninggalkan Luna di depan pintu.
"Oh, aku juga dengar bahwa jika seorang wanita makan dimalam hari maka berat badannya akan naik. Kau tidak suka berat badanmu naik bukan? Jadi, selamat menjalankan hukuman. Jangan coba-coba membuang makanan itu karena di dapur ada CCTV, aku memantau gerak gerikmu, jadi berhati-hatilah." Lanjut Max dan langsung pergi.

''.....''
Luna terdiam tak bisa berkata-kata, tadinya ia pikir Max merasa bersalah karena telah menuduhnya lalu memberi hukuman yang justru menguntungkannya karena saat ini ia juga sedang lapar. Tapi setelah mendengar penjelasannya, rasanya ia benar-benar kesal dan malah tidak nafsu makan ditambah ia merasa memiliki keinginan untuk menyumpal mulut Max, sampai ia tak mampu lagi berbicara menyebalkan.

"Dasar pria licik menyebalkan! Kau tau tidak? Aku sangat ingin menyumpal mulut mu agar berhenti bicara menyebalkan!"
Teriak Luna kesal berharap Max mendengarnya dengan jelas.

Luna pun pergi ke kamar mandi dengan menghentak-hentakan kakinya karena sangat kesal dengan kelakuan Max.

'Dia sudah kembali seperti biasa.' ucap Max dalam hati sambil tersenyum tipis setelah mendengar umpatan Luna terhadapnya.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

21 Februari 2022

Hai... Hai... Aku Double up hari ini. Yaitu chapter 20 dan 21. Jika kedua chapter mendapatkan vote minimal 100, aku akan up chapter selanjutnya secepatnya.

Terimakasih atas dukungannya dengan vote dan comment. Terus dukung cerita ini ya biar aku semakin semangat ngetik. He... He.. he... ☺️❣️

Thank you ❤️
Jangan lupa klik ⭐
⬇️

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang