69. Mendengar Kenyataan

20.1K 2.2K 197
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

"Luna...." Ucap Max terkejut.

Luna lalu menggerakkan jarinya yang sudah berada di dekat bibir Max untuk mengusap sudut bibir Max.
"Ada apa dengan wajahmu? Kau habis berkelahi?" Tanya Luna hampir terdengar berbisik, terlihat jelas bahwa kondisinya sedang sangat lemah sekarang.

Max mengusap tangan Luna yang menyentuh wajahnya.
'Dia tak mendengar pernyataan cinta dariku.' ucap Max dalam hati.
"Jangan khawatirkan aku. Bagimana perasaanmu? Apakah kau merasakan sakit disuatu tempat?." Ucap Max.

Mendengar pertanyaan Max, Luna lalu mencoba mengingat kejadian terakhir yang ia alami.
"Apa yang terjadi denganku, Max?" Tanya Luna bingung.
"Terakhir kali aku-.. aku mendengar suara tangisan bayi setelah itu aku tak bisa mengendalikan diri. Apakah-....
aku sekarang sudah menjadi orang gila yang tak bisa mengendalikan dirinya sendiri?" Tanya Luna dengan mata berkaca-kaca.

"Tidak Luna. Itu tak akan pernah terjadi. Percaya padaku. Kau hanya perlu waktu untuk memulihkan diri." Ucap Max.

"Aku lelah Max. " Ucap Luna.
"Aku benar-benar diliputi rasa bersalah yang sangat besar, aku tidak bisa melupakannya begitu saja, aku harusnya mati saja bersamany-...."

Max mengeratkan genggaman tangannya pada Luna mencoba menenangkannya.
"Luna aku mohon..... Setelah fisikmu pulih kita akan ke psikiater terbaik untuk menyembuhkanmu. Kau akan sembuh total dari trauma ini. Tolong percayakan saja semua padaku. Aku sudah menghubungi Rose dan mengatakan keadaanmu. Semuanya akan baik-baik saja." Ucap Max.
.
.
.
.

-Lima hari kemudian-

Max mengajak Luna ke taman rumah sakit. Baru hari ini Luna diperbolehkan keluar dari ruangannya.

Kemarin keluarga Max juga sudah datang menjenguk Luna. Bibi Hana juga sudah di hubungi tentang keadaan Luna, karena ia sedang tugas di Turkmenistan yaitu negara dengan kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung tertinggi di dunia, membuat bibi Hana super sibuk dan sulit di hubungi. Bibi Hana juga menangis mendengar Luna keguguran namun ia tak bisa berbuat apapun selain mengirim doa terbaik untuk Luna.
.
.

Max mengangkat Luna dan mendudukkannya di ujung kolam ikan agar Luna bisa memasukan kakinya ke dalam kolam.

Luna menggerakkan kakinya sambil tersenyum senang seperti anak kecil, hingga membuat Max juga ikut tersenyum.

"Max... Kau belum menceritakan penyebab luka di sudut bibir mu. Lukanya juga tak terlihat membaik. Apakah kau benar-benar sudah mengobatinya? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Kau selalu menghindar setiap kali aku bertanya mengenai penyebab luka itu. Kali ini tolong jawab pertanyaan ku Max." Ucap Luna serius.

"Hhhhh~"
Max yang dari awal menghindar terpaksa bercerita karena Luna terus menanyakannya beberapa hari terakhir.
"Aku berkelahi dengan Rayand." Ucap Max jujur.

"Astaga?!" Ucap Luna kaget.
"Bagaimana dia bisa kemari?" Tanya Luna.

"Dia melihat berita di televisi tentangmu yang masuk ke rumah sakit setelah diculik oleh pamanku." Ucap Max.

"Apa maksudmu? Apakah aku jadi bahan pemberitaan?" Tanya Luna bingung.

"Ya... Mereka-..." Max terdiam ragu untuk menceritakannya.
"Akan ku cerita lain kali." Lanjut Max.

"Ada apa Max? Tolong jangan sembunyikan apapun." Ucap Luna.

"Aku tidak ingin kau mengingat lagi kejadian itu lagi." Ucap Max.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang