71. De javu

19.6K 2.4K 163
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

Setelah hari itu Max tidak selalu berada di dekat Luna, ia lebih sering berada di rumah untuk mengurung diri, ia memikirkan cara terbaik yang bisa dilakukan untuk hubungan mereka. Namun karena pikirannya sedang kalut ia tak kunjung mendapatkan solusi itu.

Ditambah ia tak banyak petunjuk mengenai wanita yang telah membuat Luna keguguran, alat penyadap berupa cincin dan kalung ditinggalkan di toilet saat kejadian, apalagi Luna yang masih trauma belum bisa memberikan keterangan apapun.

Sementara ini ia masih yakin salah satu wanita yang mengancam Luna di toiletlah yang memberi Luna obat penggugur kandungan, kalau begitu maka itu pastilah berasal dari sindikat pembunuh bayaran yang sulit di cari tau.

Krieet...
Ruang kerja Max tiba-tiba terbuka.

Max melihat kakaknya masuk.

"Aku sudah mengetuk beberapa kali tapi tak ada jawaban." Ucap Felix.

"....."
Max diam tak menjawab.

"Kenapa kau tidak menjaga Luna di rumah sakit? Kondisinya belum stabil, ia butuh seseorang di sampingnya." Ucap Felix.

"Banyak ajudanku bersamanya, ia akan baik-baik saja." Ucap Max.

"Sebenarnya ada apa Max? Kau bertengkar dengannya? Apakah ini berkaitan dengan kondisi rahimnya?" Tanya Felix.

"Dia meminta pisah." Ucap Max.

"Hhhhh~" Felix menghela nafas seolah tau hal itu akan terjadi.
Felix kemudian duduk di kursi sebelah Maxime.
"Max, dia pasti merasa terpukul atas hal yang menimpanya, ia kehilangan anaknya dan rahimnya rusak. Di hari itu setelah mendengar mengenai rahim Luna, Lily bahkan menangis sepanjang malam-....." Felix diam sesaat mengingat kejadian saat Lily menangis.
"Lily bilang rahim bagi seorang wanita sangatlah berharga, di Asia kamu akan di rendahkan jika tak mampu memiliki anak." Ucap Felix.

"......"
Max hanya diam mendengarkan.

"Ditambah kepribadian Luna yang selalu mengutamakan orang lain, ia pasti mengambil langkah itu demi kebaikanmu. Aku harap kau tak marah atau kecewa padanya. Luna anak yang baik, kita berhutang nyawa padanya." Ucap felix.

"Aku tidak mungkin marah atau kecewa padanya. Ia sudah memberi banyak untukku dan keluarga kita." Ucap Max.

"Pasti ada cara, aku akan membantumu, jadi-..."

"Setelah aku menolak permintaannya untuk berpisah, ia mencoba bunuh diri." Ucap Max.

"APA!" Teriak Felix kaget, ia bahkan sampai berdiri dari kursinya.
"Max katakan padaku kau hanya bercanda?! Kau bercanda kan? Luna tak mungkin melakukannya!" Ucap Felix memegang pundak Max.

"Aku benar-benar tak punya pilihan. Ia sedang terpuruk dan trauma, aku tak bisa menolak lagi. Aku takut ia melakukannya kembali, aku tak mau kehilangannya."
Ucap Max pelan.

Mendengarkan ucapan putus asa Max, Felix yakin bahwa hal itu benarlah terjadi.
"Hhhh~ Astaga Luna!" Ucap Felix kembali duduk dan memijat pelipisnya.
"Kenapa ia sampai berbuat seperti itu? Sebenarnya apa yang telah kalian berdua bicarakan? Apakah kau salah bicara sampai menyakiti hatinya? Katakan padaku Max, apa yang sebenarnya terjadi malam itu di rooftop? Kau tidak menyakitinya kan!" Tuntut Felix.

"Dia terpukul atas kondisi rahimnya. Setelah itu ia meminta cerai." Ucap Max singkat.

"Kenapa ia meminta cerai? Keluarga kita pasti menerima kondisinya, kita berhutang nyawa padanya. Apakah tidak ada jalan lain selain perceraian?" Tanya Max.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang