56. Morning Sickness

44.5K 2.9K 145
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

-2 bulan kemudian-
(Umur kandungan 4 bulan)

"Uweekkk...."
Seperti biasa tiap pagi Luna selalu terkena morning sickness dan Max selalu sigap berada di sampingnya untuk membantu menahan tubuhnya. Untungnya kamar mereka sudah selesai di renovasi untuk menambahkan wastafel sehingga Luna tak perlu jauh-jauh ke luar kamar jika morning sickness menyerang.

"Perlukah aku panggilkan dokter?" Tanya Max khawatir.

"Hanya pusing. Aku-... Aku akan istirahat saja." Ucap Luna.

"Kau yakin?" Tanya Max memastikan.

"Um..." Ucap Luna lemas.

Max pun kemudian membantu Luna untuk berbaring kembali ke ranjang.

"Apakah hari ini kau tidak bisa tinggal di rumah saja? Apakah hari ini ada rapat penting?" Tanya Luna.

"Maaf, ada client penting yang menungguku. Aku harus menemuinya, setelah itu aku akan langsung pulang." Ucap Max.

Luna kemudian mengangguk mencoba mengerti pekerjaan Max. Sejak menginjak bulan ke empat kehamilannya, entah kenapa ia sangat tidak ingin jauh dari Max. Ia ingin Max terus berada didekatnya. Bahkan walau Max hanya duduk diam disampingnya ia sudah merasa sangat puas.

Luna kembali memejamkan matanya. Max memperhatikannya dengan prihatin. Ucapan dokter beberapa waktu lalu membuatnya tak berhenti khawatir karena gejala morning sickness menyebabkan Luna menjadi sulit untuk makan. Setiap makanan yang masuk ke mulutnya langsung ia muntahkan beberapa menit kemudian, akibatnya pada kehamilan ini berat badan Luna menjadi turun drastis. Dokter mengatakan bahwa Luna akan mengalami kehamilan yang sulit jika terus seperti ini. Max juga sudah berusaha mendatangkan dokter terbaik untuk menangani masalah kehamilan Luna, namun untuk saat ini hasilnya masih belum kelihatan.
.
.

"Nyonya bangun... Anda harus sarapan. Saya sudah membawa makanan untuk anda." Ucap seorang dokter kandungan kepada Luna.

Dengan terpaksa Luna pun membuka matanya perlahan. Semakin ia sadar dari tidurnya semakin ia merasakan sakit di perutnya. Luna yang tak asing dengan rasa sakit ini langsung bisa menyimpulkan bahwa ia sedang kelaparan.

Luna pun duduk di bantu oleh dokter muda yang merawatnya selama Max tidak di sampingnya.

"Sudah berapa lama suami saya pergi ke kantor dokter?" Tanya Luna.

"Um... Mungkin sekitar 30 menit yang lalu." Jawab sang dokter.

'Masih ada 4 jam lagi sebelum ia pulang. Waktu yang lama untuk ku menunggunya.' pikir Luna murung.

"Um... Ini nyonya makanan anda. Pak Max berpesan agar anda menghabiskannya namun ia bilang jangan sampai anda memaksakan diri." Ucap Dokter.

Luna mengangguk dan menerima makanan itu, ia makan pelan-pelan dan berharap makanan ini tak cepat ia keluarkan mengingat morning sickness nya yang bisa terjadi kapan saja.
.
.
.
.

-4 jam berlalu-

Terdengar suara mobil yang memasuki teras rumah.

"Max." Ucap Luna pelan.

Luna yang sedang membaca buku tersenyum tipis seolah sudah menunggu lama kedatangan Max. Ia turun dari ranjang walau tubuhnya masih sakit dan bergegas keluar kamar untuk melihat kedatangan Max.

Saat ia melihat ayah dan ibu mertuanya di bukakan pintu oleh ajudan Max yang berjaga di luar, Luna sangat kaget karena tak ada pemberitahuan apapun baik dari Max maupun mertuanya.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang