70. Pernyataan

21.6K 2.5K 279
                                    

Happy Reading guyss!!
.
.
.

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

"Hiks.... "
Luna menangis di sudut rooftop rumah sakit yang luas. Ia bahkan tidak peduli tangannya berdarah karena infusnya terlepas entah kenapa.

"Rahimnya rusak 30% karena obat penggugur kandungan. Ia... Ia akan sulit mendapatkan anak, dokter bahkan menyarankan pengangkatan rahim karena jika ia berhasil hamil nyawanya akan dalam bahaya."

"Ke..napa... Harus aku." Ucap Luna.
"Hiks.... Ugh...."
Luna menangis sesenggukan tak menyadari Max sudah berada disana.

Max memperhatikannya dari tempat yang lumayan berjarak, ia tak mendekati Luna karena ia tau Luna perlu waktu untuk sendiri dan menerima semuanya.
.
.

Sudah 30 menit berlalu, walaupun tangisannya sudah mulai mereda, Luna masih tak beranjak dari posisinya. Max sangat khawatir karena angin malam menerpa tubuh Luna yang baru saja mulai membaik. Ia tak mau Luna sakit lagi padahal sekarang kondisinya sudah mulai stabil.

'Haruskah aku mendekatinya?' Max pelan-pelan berjalan mendekat. Semakin dekat semakin ia ragu.

'Apakah Luna akan membenciku? Apakah ia akan meminta untuk berpisah? Aku tak bisa melepaskannya, tapi jika ia yang memintanya aku tak yakin bisa menahannya. Tidak! Pasti ada cara agar ia tetap bersamaku. Benar, kontrak pernikahan kami masih satu tahun, aku harus menggunakan alasan itu untuk-.... ' pikir Max berhenti berfikir karena ia sudah berada di depan Luna yang menyembunyikan wajah di lengannya yang bertumpu di lutut.

Tatapan Max langsung tertuju ke pergelangan Luna yang berdarah karena infus yang terlepas. Max lalu berjongkok dan memegang pergelangan tangan Luna.

"Luna, saatnya kembali. Angin bertiup kencang dan malam mulai dingin, sepertinya akan turun hujan." Ucap Max sambil memegang tangan Luna.

"....."
Luna diam tak merespon.

"Luka di pergelangan tanganmu juga harus diobati." Ucap Max.

Luna kemudian menarik tangannya yang di pegang oleh Max.

"......." Max terdiam, jantungnya berdetak kencang karena khawatir Luna membencinya.

"...." Luna juga diam tak mengatakan apapun.

"Baiklah jika kau tidak ingin masuk, aku juga akan disini." Ucap Max yang kemudian duduk di dekat Luna.

Angin mulai betiup semakin kencang, guntur pun beberapa kali berbunyi, hujan pasti akan turun sebentar lagi. Lama mereka terdiam sampai akhirnya Luna mengatakan sesuatu.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Luna masih menutup wajahnya dengan lengan yang menumpu pada lutut.

"Membawa mu masuk ke dalam." Ucap Max singkat.

"Kenapa?" Tanya Luna.

Walau pertanyaannya terdengar aneh, tapi Max tetap menjawabnya.

"Sebentar lagi hujan akan turun, aku tak ingin kau sakit lagi." Ucap Max.

"Nomor 3." Ucap Luna.

Max diam beberapa saat untuk memahami maksud ucapan Luna, namun tetap saja ia tak memahaminya.
"Apa maksudmu?" Tanya Max.

"Aturan nomor 3 : Dilarang mencampuri urusan masing-masing. Kau sebaiknya pergi dan jangan menggangguku." Ucap Luna.

Tik... Tik... Tik...
Gerimis mulai turun perlahan-lahan.

Max melihat ke langit dan menghela nafas. Untuk kesekian kalinya ia sangat kesal atas aturan yang ia buat sendiri.

Hujan mulai membasahi sekitar, jika ia tak berhasil membuat Luna kembali, ia akan memaksanya dengan cara apapun, ia tak mau kondisi Luna kembali turun.

Marriage Contract With Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang