[5] Berlalu sebagai Debu

19.7K 2.3K 42
                                    

Sebutin tips and trick menghadapi bos rese gengs!

Jangan lupa komen bar-barnya!

Love,
Aya

oOo

"Mosha, mau nggak lo jadi pacar gue?"

Aku mengerjap. Lagi aku mengerjap, memastikan ini bukan mimpi. Ternyata memang tidak. Aku sedang berada di mobil, duduk di samping teman lamaku yang tengah mengemudi. Kemacetan jalanan Jakarta menular ke otakku.

Kyle.

Dia bukan orang yang baru kukenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia bukan orang yang baru kukenal. Aku pernah naksir padanya saat SMA. Namun, kami sudah tidak pernah bertemu selama kuliah dan selama itu pula perasaan itu musnah. Pertemuan kami baru terjadi lagi tiga bulan lalu ketika kami sama-sama sudah bekerja.

Sore merayap perlahan. Lampu-lampu jalanan mulai menyala. Seperti pijar terang di kepalaku. Apa ini yang disebut orang sebagai'jodoh nggak bakalan ke mana?'

Aku diserang kegugupan. Kata-kataku menghilang dan aku cuma bisa tersenyum kaku padanya. Dia membalas senyumku. Aku kira kami sama-sama tahu makna senyuman satu sama lain. Namun kemudian, tatapannya jatuh ke jalanan. Senyumnya tidak lagi mengembang. Dia diam. Lalu, kami sama-sama bungkam.

Aku masih menatapnya lama, mencari tahu kesungguhan dalam pertanyaannya tadi. Dalam hati aku bertanya, apa dia kecewa karena aku begitu mudah didapatkan? Apa dia tidak bersungguh-sungguh dan sekarang bingung harus menjelaskan? Apa dia tadi cuma menjadikanku uji coba cara menembak cewek yang sedang didekatinya?

Kyle tidak balas menatapku melainkan sibuk menatap jalanan depan yang tidak bergerak sama sekali.

"Tapi...."

Aku menunggu lanjutan kalimatnya yang terasa lama.

"Aku nggak bisa menjanjikan apa-apa."

Alisku terangkat.

Bahunya turut naik. "Kita masih muda, baru mulai bekerja dan...jalan ke depan masih panjang."

Aku mengangguk. Dia benar. Jalan masih panjang, aku juga belum meraba kembali perasaan yang dulu pernah aku punya.

"Jadi, apa lo mau mencoba jalan ke depan sama gue?"

Pertanyaan itu diucapkannya lima tahun yang lalu.

Lima tahun bukan waktu yang singkat. Lima tahun lalu aku menerimanya dengan pertimbangan 'jalan masih panjang' sehingga kami punya banyak waktu untuk mencoba menjajaki satu sama lain. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Usia kami bertambah, tapi mindset kami jalan di tempat.

Jalan ke depan masih panjang.

Keseriusan dan jenjang berikutnya nggak pernah terlintas dalam benak kami hingga orang-orang mulai riuh bertanya hal paling menjengkelkan pada quarter cricis lifesejak setahun lalu, "Kapan kalian menikah?"

Dewa Angkara Murka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang