Namanya Dewangkara Maheswara. Namun, seluruh anak buahnya sepakat mengganti namanya menjadi Dewa Angkara Murka. Selain tukang murka, dia juga suka bertitah bagai dewa. Apa pun yang diinginkannya harus tercapai saat itu juga.
Termasuk saat dia 'meme...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jangan lupa salaman sama pengantinnya, guys.
Tanganku dingin. Berulang kali jemariku saling bertaut di atas pangkuan. Mataku menatap ke jendela samping—nggak berani menatap Dewang duduk di balik kemudi.
Aku mengenakan gaun panjang tanpa lengan warna mint dan Dewang mengenakan kemeja dengan warna serupa. Untuk sepatu aku memilih heelskeperakan yang sederhana asal nggak pakai sepatu dalam boks yang dikirimkan Kyle—dia bersumpah yang dipinjamkannya cuma kaus dan sepatu jadi itu yang dia bawa. Peduli amat, aku tidak mau pakai-pakai barang dalam kardus itu. Dewang mengenakan celana bahan warna hitam dan pantofel yang mengilap. Rambutnya yang biasanya tidak keruan hari ini lebih rapi dengan sedikit pomade. Yang paling kusuka—wait, what? Kusuka?—adalah wangi parfum mintnya yang segar.
"Mo, kamu nggak apa-apa?"
"Nggak, Pak."
"AC-nya terlalu dingin?"
"Ng—" Aku menggeleng.
"Kamu grogi?"
"Nggaklah. Ngapain grogi ke kondangan mantan doang ini."
