[39] Cara Berantem dengan PASANGAN IMITASI

13.5K 2.1K 105
                                    


CIEEE YANG PADA KANGEN DEWANG NGGAK KETEMU DUA EPISODE...

MAU TAMAT DI CHAPTER BERAPA GENGS?

Love, Aya.


oOo

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

oOo

"Kamu ngomong apa sama ibu saya?"

Suara Dewang biasa saja. Nggak keras, nggak kelihatan marah juga. Cuma sepertinya rasa bersalah inilah yang membuat nyaliku ciut. Aku meringkuk di kursi penumpang sebelah Dewang. Mataku terpejam rapat dan erat. Sebenarnya aku bisa saja langsung melompat keluar. Toh mobil sudah berhenti, di depan rumahku pula. Hanya saja... sepertinya ini kesempatan kami untuk bicara. Sepanjang perjalanan dari resto ke rumah, Dewang cuma bungkam.

"Saya...."

"Putus?" sahut Dewang cepat.

Aku membasahi tenggorokan yang mendadak kering. "Kamu tahu betapa paniknya ibu saya waktu menelepon tadi?"

Bu Dahlia sempat pamit ke toilet, tapi aku tidak tahu kalau dia menelepon anaknya. Di depanku dia tampak baik-baik saja, mana aku tahu kalau efek obrolan yang tampak santai tadi membuat Bu Dahlia panik? Nggak tahu Dewang dari mana sebelumnya, yang jelas dia tiba-tiba muncul di restoran. Pantas saja Bu Dahlia menahanku supaya nggak buru-buru pulang. Bisa ditebak setelahnya Bu Dahlia memaksaku pulang dengan Dewang. Katanya, dia mau kami mencoba berbaikan. Ya Tuhan. Ini bukan berbaikan, tapi melemparkanku ke kandang macan.

"Maaf."

"Kenapa kamu nggak ngobrolin ini semua sama saya? Kenapa kamu ngambil keputusan sendiri?" Rahang Dewang mengatup. Suaranya tidak terlihat marah, tapi dingin.

"Saya sudah ngomong sama Bapak, tapi Bapak kelihatan nggak peduli. Malah mojok-mojokkan saya."

"Mantan kamu janjiin apa sih, sampai kamu nekat kayak gini?"

Bibirku ternganga. Ketakutanku berubah jadi kekesalan ketika mantanku dibawa-bawa. Apa aku ini kelihatan gagalmove on  dan desperate sekali sampai topik itu diungkit terus? "Kyle lagi dan lagi! Ini yang bikin saya nggak bisa ngajak ngomong Bapak. Saya benar-benar bingung karena Bu Dahlia, tapi Bapak malah ngungkit Kyle. Saya sama Kyle itu sudah selesai. Done." Aku menarik napas, takut keterusan jadi ngamuk. Ternyata kemarahan adalah kunci menaklukkan gugup. "Kita nggak bisa meneruskan kebohongan ini, Pak."

"Kebohongan?"

"Saya sudah tahu sebenarnya Bapak nggak butuh-butuh amat bantuan saya untuk nolak perjodohan." Aku menoleh pada Dewang, mengecek reaksinya. Dia nggak kelihatan mau nginjak gas atau rem tiba-tiba. "Bu Dahlia nggak maksa Bapak sama Livy. Kalau Bapak jujur sejak awal, Bu Dahlia nggak bakal gimana-gimana."

"Lantas?"

"Kita nggak seharusnya bohongin ibunya Bapak. Bu Dahlia sudah baik banget sama saya dan itu membuat rasa bersalah saya makin lama makin besar." Mataku panas dan berkabut. "Sekarang, saya sudah nggak peduli lagi soal dendam atau apa yang dipikirkan Kyle kalau menganggap kita bubar. Yang terpenting ... kita sudahi semua ini, Pak."

Dewa Angkara Murka (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora