[19] Titah Tak Terbantah

15K 2.1K 108
                                    

Jangan segan ngasih tahu, kalau ceritanya mulai ngebosenin ya!

Kritik dan saran adalah asupan kesehatan menulisku.


Lopeee Aya

oOo

"Ngomong-ngomong, Bapak tahu Kyle lagi sabbatical leave?" tanyaku suatu kali Dewang memaksa pulang bareng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngomong-ngomong, Bapak tahu Kyle lagi sabbatical leave?" tanyaku suatu kali Dewang memaksa pulang bareng.

Dewang mengangguk sambil mengendurkan dasi dengan satu tangan. "Kenapa? Kangen mantan?"

Minta ditabok ya? "Terus kenapa sandiwaranya diterus-terusin?" Kyle cuti berapa lama deh, perasaan nggak balik-balik.

"Sandiwara apa?" tanyanya lempeng sambil menatap jalanan di depan.

Aku menggerakkan jari bolak-balik antara aku dan dia. "Tujuan saya bikin dia panas. Kalau dia nggak ada buat apa?"

"Ya, siapa tahu temannya lihat. Nanti bisa disampaikan."

Aku berdecak. "Kayaknya cukup yang kawinan kemarin deh, Pak."

"Terus kamu mau mengakhiri kerja sama kita gitu?" Dewang menoleh sejenak dari jalanan.

"Bukannya begitu. Cuma...." Aku mencari kata-kata yang tercecer di jalanan. "Sebenarnya kita tuh, nggak harus kayak gini tahu, Pak. Emang Bapak nggak capek put so much effort buat sandiwara? Pakai ngantar jemput saya, kirimin ini-itu. Capek waktu, tenaga, dan materi."

Dewang menaikkan alis. "Maksud kamu apa?"

"Kenapa dulu Bapak nggak bikin foto pencitraan di sosial media saja? Nggak perlu kelihatan mukanya, tunjukin saja dua piring di tempat romantis, pinjam tangan siapa kek pura-pura pegangan tangan, atau foto kaki berdua lagi di mana kek pura-pura lagi jalan. Taraaaa... kelar deh. Orang-orang pasti menduga Bapak punya pasangan. Nggak ada drama perjodohan. Kalau ada yang tanya, Bapak tinggal bilang, dia nggak suka dipublikasikan."

"Ya udah nanti kita foto terus saya posting di Instagram."

Aku bengong sebentar

"Kamu jangan lupa repost."

Begitu sadar, aku buru-buru menggeleng. Wah, orang ini salah paham. "Nggak! Saya bilang dulu. Sekarang saya nggak mau ikutan. Sandiwara saya kan, cukup di depan mantan. Kalau Bapak butuh lebih banyak orang buat diyakinkan, taruh di sosmed. Jangan tag saya. Nanti isunya bisa ke mana-mana. Mutual yang nggak perlu tahu soal sandiwara ini jadi tahu."

"Kenapa kamu selalu bilang sandiwara?"

"Kalau bukan sandiwara apa dong? Drama? Pertunjukan? Teaterikal? Akrobat?"

Dewang menggosok rambutnya. "Let if flow, nikmati saja kenapa?"

Oh, tentu tidak bisa. Kalau baper beneran bahaya. "Jalan sama bos mana ada nikmat-nikmatnya. Yang ada, otak saya mikirin kerjaan melulu." Semoga sukses ngelesnya.

Dewa Angkara Murka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang