[6] Terbakar Jadi Abu

18.6K 2.3K 205
                                    

Gimana weekend? Besok udah balik aktivitas lagi nih.

Udah kenalan dong, sama Kyle. Apa pendapat kamu soal Mas Kyle?

Love,
Aya

oOo

"Kemarin lo diapain sama Dewa Angkara Murka?" tanya Kinoy begitu tiba di kantin. Dia langsung duduk tepat di depanku, mencondongkan wajah dengan raut ingin tahu dan nggak sabar bergosip.

Aku mengaduk-aduk soto mi-ku. Pertanyaan Kinoy menguapkan nafsu makanku.

Tiba-tiba Kinoy berdecak. "Rasanya gue pengin mengajukan permohonan pergantian nama ke dewan pergosipan Kreativa buat ganti nama Dewa Angkara Murka jadi Iblis Lantai Lima. "Lo tahu, dia tiba-tiba batalin kontrak kerja sama Vedos."

"Suplier rotan itu?"

Kinoy mengangguk. "Lo tahu alasannya?"

Aku menggeleng.

"Sama. Gue juga nggak tahu."

Bahuku merosot.

"Pokoknya, itu barang-barang sudah nyampe gudang, kepala gudah sudah diwanti-wanti buat menyiapkan space khusus, tiba-tiba jam satu malam Dewa Angkara Murka nelepon, 'keluarin semua barang-barang Vedos!'" Kinoy mengangkat tangan. "Kelar sudah hidup Vedos."

Mbak Afni pasti pusing sekarang. Salah satu tugasnya adalah menjaga relasi dengan suplier dan vendor, tapi gimana punya relasi yang baik kalau kelakuan bosnya begitu? Itu artinya, departemen procurement bakalan ketiban kerjaan baru yaitu mencari suplier baru, seleksi lagi, dan tendering ulang. Sepertinya kami juga harus membuat manajemen risiko bukan cuma terkait kecermatan finansial pengadaan barang, tapi juga forecasting ulah Dewang yang berpotensi menyimpan masalah.

Satu lagi, departemen kami resminya adalah departemen procurement, tapi ternyata harus ketiban tugas purchasing dengan tim terbatas. Di AllYouNeed—tempat kerjaku dulu, procurementdan purchasingberdiri sebagai departemen terpisah. Namun di Kreativa, atas nama startup kecil yang seluruh karyawannya dituntut bisa bermanuver menjadi apa saja, kegiatan transaksional untuk proses produksi dan operasional juga dipegang departemen procurement.

"Jadi lo diapain kemarin sama Iblis Lantai Lima itu?"

Aku kira Kinoy sudah lupa keingintahuannya tadi. Tanganku mengaduk-aduk jus jeruk, mengulur waktu untuk berpikir.

"Kenapa tiba-tiba dia manggil lo? Lo salah pilih vendor bunga buat kirim-kirim ucapan ke kliennya dia? Aneh banget, tiba-tiba elo gitu. Mbak Afni kan, nggak bakal rela anak buahnya disenggol-senggol langsung sama Dewang."

"Gue juga nggak ngerti, Kin."

"Jadi soal apa?"

Aku menggosok punggung tangan, bingung harus bilang apa. Namun, di kantor ini, bisa dibilang dia yang paling dekat denganku setelah hubunganku dan Kyle bubar. Apa aku harus cerita? "Dia minta tolong."

"Minta tolong?" Kinoy nyengir. "Dia mau meninggal apa gimana? Mana ada kata 'tolong' di hidupnya Dewang, yang ada cuma perintah."

Bener Kin, lo bener banget. "Jadi gue harus gimana?"

"Tergantung minta tolong apa."

"Dia minta gue jadi pasangannya."

Kinoy yang mencicip kuah soto mi-ku langsung tersedak. "WHAT?" Kinoy berdiri dari kursinya.

"Tenang Kin, tenang!" Aku meminta Kinoy duduk lagi. Untung kami duduk di sudut yang jauh dari semua orang. Kalau tidak, gosip akan menyebar cepat ke seluruh karyawan Kreativa yang jumlahnya cuma seratusan.

Dewa Angkara Murka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang