[8] Lomba Berebut Perhatian

17K 2.1K 86
                                    

Au ah, bikin say hallo kagak ada yang nyaut :(

Tetep love, aya.

oOo

"Hadiah utama lomba ulang tahun Kreativa tahun ini adalah...." Dewang bikin pengumuman dengan tampang sok bikin penasaran.

"Hadiahnya apa, Mo?" bisik Kinoy.

"Mana gue tahu."

"Bukannya lo yang diajak nyiapin."

"Lo tahu kemarin cuma gimmick." Kinoy manyun di sebelahku. Tangannya tidak berhenti mengipas karena blower jauh banget dari jatah tempat duduk kami. "Halah, paling TV 32 inch kayak tahun kemarin, terus sisanya pisau set, jam dinding, kaus Kreativa, topi souvenir, kaleng biscuit, wajan, panci." Kinoy menggerutu di sebelahku.

"Gue dapat portable speaker sampai sekarang belum gue buka di laci meja," tambahku.

Dewang berdeham. Sok misterius. Siapa sih, yang benar-benar peduli? Sabtu pagi di mana kami harusnya molor sampai siang, hari ini kami dipaksa berkumpul di salah satu hotel di Sentul. Enggak nginap, jangan salah. Dewang tidak akan sudi menggelontorkan uang untuk akomodasi bobo-bobo santai dan healing karyawannya.'Efisiensi nomor satu!'Itu kalimat yang selalu dia katakan. Dia cuma bookingarena terbuka hotel terus dibikinin panggung pendek ala-ala doang. Para karyawan yang manyun duduk di kursi-kursi yang sudah disiapkan tanpa atap! Ini jadi lebih mirip kawinan ala garden party, ditambah stan makanan yang menyebar di sana-sini. Aromanya sih, enak sekali, tapi kami belum dibolehkan mencicip sampai Dewa Angkara Murka bertitah nanti.

"Televisi—"

Aku yakin semua orang langsung malas, termasuk aku. Gerutuan terdengar jelas di telingaku, kalau Dewang sih, mana dengar dan mana peduli.

"Canda!" Dewang tertawa garing disambut sorakan anak buahnya. Nggak ada yang tertawa, karena emang nggak lucu.

"Hadiah utama lomba tahun ini adalah..." Dewang berdeham, "Paket liburan ke Lombok untuk dua orang!"

"Bercanda pasti. Bercanda!" Tidak ada yang antusias karena tidak satu pun percaya karena Dewang adalah Dewa Angkara Murka. Dermawan sama kermukaan, bukan sama kekayaan.

Orang-orang mulai tenang, menunggu kalimat itu dianulir, tapi tidak terjadi.

"Saya serius," kata Dewang dengan suara yang tidak lagi antusias.

Barulah semua orang langsung heboh bersorak sorai bahkan ada yang berdiri dari kursinya. Aku dan Kinoy berpegangan tangan dan terlonjak-lonjak girang.

"Kita harus menang supaya bisa healing!" kataku.

"Dua tiket itu pasti ditakdirkan buat kita berdua, kan?" kata Kinoy percaya diri.

"KAMI AKAN BERJUANG!" teriakan terdengar dari kursi belakang.

"Ayo Pak, buruan dimulai!" yang lain riuh menanggapi. Tampang-tampang malas mulai terbakar semangat.

Alan maju menggantikan Dewang untuk menjelaskan detail aturannya. "Pemenangnya adalah mereka yang berhasil mendapatkan poin tertinggi di setiap kompetisi. Sehingga makin banyak kalian ikutan lomba, kesempatan kalian mengumpulkan poin semakin tinggi," jelas Alan. "Untuk seleksi awal dilakukan eliminasi departemen. Hanya karyawan dari departemen dengan nilai tertinggi yang bisa melaju ke babak terakhir."

"Selain itu, kami juga menyiapkan hadiah hiburan untuk semua karyawan." Dewang menyela. Dia bicara lewat wireless microphone sambil bergeser ke sisi panggung yang ditutupi kain putih. Aku kira isinya pasti barang-barang tak jelas, tapi ketika Dewang menariknya, berderet barang-barang elektronik dijejer mentereng. Entah Dewang kesambet apa, yang jelas kami semua berbahagia.

Dewa Angkara Murka (END)Where stories live. Discover now