[34] Kondangan bersama CAMER Imitasi

14.8K 2.3K 120
                                    

Baru kemarin update sekarang update lagi.

Kadang aku merasa aku ini baik banget nggak sih?

#DIJAMBAK


Happy Satnite!

oOo

From Dewa Angkara Murka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




From Dewa Angkara Murka

Mosha, nitip ibu saya ya. Maaf, saya nggak bisa antar.

Selamat bersenang-senang di kondangan.


Aku meniup ujung poniku yang sudah di hairspray. Kesal. Hari liburku yang berharga harus dihabiskan buat nongkrong di salon sejak pagi demi menghadiri kondangan sepupunya Dewang. Dewang sama ibunya yang dapat undangan, kenapa aku yang repot? Pasti Dewang cuma menghindari pertanyaan kapan kawin dari saudara-saudaranya dan berlagak sedang ada business trip.

Lebih repot lagi waktu Bu Dahlia maunya kami ke salon dulu. Padahal, kalau kondangan aku suka make up danhairdo sendiri, sebisanya, dan sesimpelnya. Malas sekali harus ke salon. Toh rambutku sudah bagus tanpa perlu diapa-apain. Tinggal catok-catok dikit, kalau enggak dibikin pony tail juga oke. Ke kondangan yang jadi pusat perhatian sudah seharusnya kedua mempelai, undangan jangan nyolong fokus dengan tampil berlebih dong—kecuali kondangan Kyle ya. Stands out di kondangan mantan menyebalkan itu wajib hukumnya!

Rambutku sudah selesai di styling sejak setengah jam yang lalu. Sekarang aku sedang menunggu Ibu Dahlia yang minta rambutnya disanggul modern. Sejak sepuluh menit lalu dia sibuk bongkar pasang jepit mana yang cocok. Belum lagi make up-nya masih setengah jadi.

"Mosha, menurut kamu, mana yang lebih cocok?" Jari Bu Dahlia masing-masing mengepit dua aksesoris rambut. Satu mirip tusuk konde dengan ujung menjuntai berwarna keemasan yang tampaknya lebih cocok kalau dipakai bareng Cheongsam. Yang satu warnanya tembaga yang kurang matching dengan warna baju yang dipakai. Aksesoris ketiga terlalu besar dan tidak cocok untuk style sanggul modern yang dipilih Bu Dahlia. Yang terakhir, manik-maniknya mengganggu sekali.

"Yang Tante pakai pas kita dinner waktu itu lucu deh, Tante."

"Yah, nggak Tante bawa." Bu Dahlia mengerutkan bibir.

Sebenarnya aku punya satu aksesoris dalam tas. Cuma yang sekarang aku pikirkan, memangnya Bu Dahlia mau?

Ragu aku membuka tas dan memperlihatkan aksesoris itu pada Bu Dahlia. "Kalau... pakai ini Tante mau nggak?"

Mata Bu Dahlia langsung melebar. "Kamu beli di mana?"

"Di Kreativa, Tante." Aku menggigit bibir. Dia harus tahu itu bukan barang branded mall. Kerajinan Kreativa terkurasi dengan baik dan bagus. Cuma tahulah ya, orang Indonesia jarang yang suka produk lokalnya sendiri padahal di luar negeri produk lokal dalam negeri diincar di sana sini. Aku termasuk orang yang lebih bangga menemukan hidden gems macam ini. "Ini dibuat sama pengrajin Kota Gede Yogyakarta yang memang terkenal sebagai sentra kerajinan perak. Lumayan Tante, diskon karyawan 10%." Dan Bu Dahlia mesti tahu bahwa itu artinya tidak mahal, diskonan pula.

Dewa Angkara Murka (END)Where stories live. Discover now