[40] Cara Menyakiti Diri Sendiri

14.2K 2K 199
                                    


Coba spill kenangan kamu yang paling berkesan entah baik atau buruk, dengan MANTAN.

Belum tidur sampe subuh demi chapter ini :)

Love, aya

oOo

Mauren berkeras menghiburku dengan caranya sendiri

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Mauren berkeras menghiburku dengan caranya sendiri. Aku bingung, dia mau menghiburku atau membabukanku. Sejak pagi-pagi buta, aku diseretnya ke pasar ikan. Padahal, jelang tengah malam aku baru bisa tidur. Mataku yang bengkak habis menangis tidak dipedulikan Mauren.

"Nggak usah mandi. Parfum lo kalah sama wangi ikan," gitu katanya. Wangi ikan masa? Amis kali!

Setelah itu, dia membawaku ke pasar tradisional berburu sayur, buah dan berbagai bumbu.

"Lo mau buka warung apa gimana deh?" kesal sekali aku padanya. Tanganku pegal menenteng tas belanja yang sudah penuh sesak dan dia masih mau keliling. Sandalku sudah setengah basah kena air dan becek.

"Gue mau ikutan audisi lomba masak di UCTV. Makanya, nanti lo bantuin gue," katanya sambil memilih tomat.

"Ogah! Mending gue ke salon seharian."

"Habis masak-masak, capek, nah, baru tuh kita ke salon." Mauren menengadahkan tangan, minta duit buat bayar tomat. Nah, kan? Healing macam apa ini?

Pulang dari pasar aku langsung mandi. Aku kira, makanan setidaknya sudah tersedia sebagai balas jasa Mauren. Ternyata dia cuma bikini roti sama selai. Itu pun dijejalkan ke tanganku sambil menggiringku ke mobil.

"Ke supermarket yuk. Ada bahan yang adanya cuma di sana dan lagi promo." Mauren nyengir sambil menggoyang tumbler. "Udah gue bikini kopi. Lo nyetir ya."

Anjir! Adik model apaan begini? Kayaknya kesedihan semalam itu benar-benar langsung rontok ganti kekesalan sama Mauren. Apalagi ketika tahu bahwa supermarket yang didatangi Mauren adalah salah satu tempat yang aku hindari beberapa bulan belakangan; FoodHall.

Aku capek berputar-putar—capek juga merasa terus siaga padahal nggak ada apa-apa. Akhirnya aku duduk saja di FoodHall Kitchen sambil menunggu Mauren pegal-pegal. Roti buatan Mauren tidak bertahan lama. Akhirnya, aku memesan salad dan Milo kaleng. Aku menatap dua menu itu dengan perasaan konyol. Di antara semua menu yang ada di dunia ini, kenapa harus dua itu yang aku pilih. Salad mengingatkanku pada Dewang yang menukar lunch box makannya dengan salad bekalku—dan setelah dilihat-lihat dia memang suka salad. Milo kaleng yang kupesan supaya mood-ku jadi bagus mengingatkanku pada Kyle sialan itu. Milo kaleng sudah jadi obat mood-ku sebelum bersama Kyle, tapi karena lima tahun sama dia akhirnya dia paham kebiasaan itu. Sekarang Milo kaleng dan Kyle tampak sangat erat.

Aku berdiri untuk menukar Milo kaleng dengan minuman lain, tapi malah menyenggol orang yang berdiri di belakang kursiku. "Maaf Bu, maaf." Aku menunduk sambil memungut kaleng Milo yang menggelinding. Ketika berdiri lagi, aku kira ibu-ibu itu akan marah karena dia masih berdiri di tempatnya. Ternyata....

Dewa Angkara Murka (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora