[41] Cara Membuat Pening Kepala Sendiri

13.4K 1.9K 75
                                    


HAPPY NEW YEAR!

Semoga tahun ini kita semua lebih bahagia dan produktif dalam berbagai hal baik!

Seminggu lebih nggak ketemu Pak Dewang, nggak ada yang nyariin nih?

Maaf ya, lagi hectic huhu. Udah ada chapter-nya, tapi mau UP dari malam tahun baru, tanggal 1, tanggal 2, kagak kepegang juga.

Semoga chapter ini mengobati kangen!

oOo


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Aku mungkin bisa bersikap sok tegar di depan Tante Lucia. Aku bahkan bisa mengobrol santai, menenangkan Mauren yang kebelet mencak-mencak begitu tahu ada ibunya Kyle, kami membahas resep, dan bergabung dengan kami, lalu janjian masak bersama. Namun, pertahanan itu akhirnya hancur berkeping ketika aku masuk ke mobil. Mauren bahkan dengan sadar mengambil alih kemudi sebelum aku memintanya. Sepanjang jalan aku menangis sejadi-jadinya. Sepanjang jalan, Mauren tidak henti mengecek keadaanku dan meminta maaf telah membuat ide healing-nya makin mengacaukanku.

Mauren menggiringku ke kamar ketika kami sampai rumah.

"Tenangin diri lo dulu. Gue mau masak. Kalau udah beres, lo harus makan dan cerita habis diapain sama nyokapnya Kyle sampai nangis kayak gini. Ngerti?" kata Mauren sebelum menutup pintu. Hari ini, adik dakjalku berubah jadi malaikat.

Setelah Mauren pergi, air mataku turut kering. Padahal, aku kira bisa menangis sejadi-jadinya. Aku cuma berbaring menatap langit-langit yang kosong. Ada satu tempelan bintang sih. Pemberian Kyle dulu. Glow in the dark—masalahnya sekarang siang, jadi nggak kelihatan nyala. Waktu kami putus, aku copot-copotin semua pakai tongkat. Cuma satu itu masih membandel dan susah lepas jadi aku biarkan di sana.

Kepalaku bergerilya. Belum selesai urusan permintaan Bu Dahlia, sikap Dewang, rekaman dalam flashdisk, kini fakta lainnya muncul. Sekarang, aku harus bagaimana?

Ketukan di pintu mengisi kekosongan kepalaku. Dari pola ketuknya, aku sudah hafal itu pasti Mauren. Dia masuk tanpa perlu kusilakan.

"Gue nyimpan pertanyaan ini sudah lama. Kalau bikin kimchi udah terfermentasi sempurna kayaknya." Langkahnya gegas dengan tangan menenteng spatula.

"Apa sih, Ren?" Aku menurunkan selimut.

"Lo sebenarnya ada hubungan apa sih, sama Pak Dewang? Nggak mungkin dong, kesini nyaris tiap weekend bahas kerjaan. Kalau soal kerjaan, sepenting apa posisi lo di kantor sampai dia harus ke sini pagi-pagi jemput lo?"

Aku memijat kening. Pusing dengan Mauren yang tiba-tiba balik ke sifat dakjalnya. "Lo kenapa tiba-tiba nanyain Pak Dewang sih?"

Mauren bergerak ke sisi jendela dan menarik kordennya. "Lihat tuh, ke bawah. Ada mobil siapa?"

Dewa Angkara Murka (END)Where stories live. Discover now