[33] Pelajaran untuk MANTAN

13.4K 2.2K 150
                                    

Hampir seminggu nggak update. Nggak kangen kan?
Apa yang berubah dari dunia? Eaaa

Btw, makasih yg udah bantu vote kemarin. Sudah ada satu nominasi akhir & masih dikasih 3 pilihan warna dasar. Tapi kali ini cukup kami yg mumet wkwk
Tunggu di toko buku yak :)

Love, aya
oOo

"Moshairaaaa...."

Mataku berputar. Pagi-pagi, kupingku sudah alergi. Ruangan masih sepi waktu aku datang tadi. Daripada sepi sendiri aku turun ke lobi, niatnya mau ngopi-ngopi di cafetaria. Malah ketemu cecunguk ini.

"Sendirian saja, Mo?" Kyle mengekoriku masuk kafetaria. "Gue temenin deh. Gue juga belum sarapan."

"Sekarang sih, sendirian. Sebentar lagi dia juga datang." Biar saja Kyle menebak siapa yang aku maksud 'dia' padahal nggak ada tuh, yang mau datang. Aku duduk di salah satu kursi, lalu Kyle ikutan. "Jadi sebaiknya lo pergi. Lo nggak mau kan, ada yang salah paham?"

"Salah paham kenapa sih, Mo?" Kyle menarik kursi. "Salah paham kalau kita berduaan di tempat sepi. Kalau di sini, banyak orang, pada kenal kita, masa masih salah paham juga?"

"Lo tuh, ya!" Telunjukku teracung pada Kyle dengan geram.

Kyle terkekeh, menjengkelkan. Sumpah. "Main api itu sembunyi-sembunyi, kalau terang-terangan begini, enggaklah."

"Kayak lo dulu gitu ya?"

Sesaat, Kyle memucat. Namun, dia cepat menguasai diri. "Gue nggak sembunyi-sembunyi. Cuma lo nggak tahu saja."

"Nggak tahu kalau lo bajingan." Emosiku sudah diujung kepala pagi-pagi begini ya Tuhan.

Menghadapi aku yang emosi begitu, Kyle bangkit dari kursi. Setidaknya aku lega, pada akhirnya dia pergi dan tidak mengusikku lagi. Aku menarik napas panjang berulang. Senin pagi dan emosi begini bukan hal yang baik mengawali minggu. Namun, kelegaanku tidak berlangsung lama karena Kyle kembali dengan dua kaleng Milo dingin. Satu dia letakkan di depanku.

"Lo kalau marah dikasih ini juga tenang." Dia meringis nggak punya dosa.

Napasku pendek-pendek dan mulai emosi lagi. Orang-orang mulai berdatangan, jadi aku nggak mungkin drama pagi di sini. Kyle selalu begitu, memberiku Milo kaleng dingin saat aku emosi. Begitu setiap kali kami bersitegang kecil-kecilan. Namun, bagaimana dia mengkhianatiku dan bagaimana tadi pagi aku ikut kena amuk istrinya jelas bukan hal kecil yang bisa diselesaikan dengan Milo kaleng. 

"Lo sebenarnya sadar nggak apa yang sudah lo lakukan, Kyle?"

Kyle membuka kaleng Milo dan meneguknya sedikit. "Santai sih, Mo. Masih saja marah" Dia membuka kaleng untukku dan mendorongnya. "Minum dulu."

Duh, rasanya pengin banget aku siram dia pakai Milo. Cuma, membayangkan bakal jadi gunjingan kok males banget.

"Iya, gue kawin duluan dan itu bikin lo sakit. Cuma, masa iya masih kerasa sakitnya kalau Pak Dewang yang jadi gantinya?" Kyle mengerling lalu menaik-naikkan alisnya.

Aku membalasnya dengan tatapan tajam. Tampaknya ketajaman tatapanku nggak cukup bikin Kyle jiper, karena dia melanjutkan omongannya dengan pernyataan super laknat.

Dewa Angkara Murka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang