Namanya Dewangkara Maheswara. Namun, seluruh anak buahnya sepakat mengganti namanya menjadi Dewa Angkara Murka. Selain tukang murka, dia juga suka bertitah bagai dewa. Apa pun yang diinginkannya harus tercapai saat itu juga.
Termasuk saat dia 'meme...
Cieee yang kangen sama Kyle... pada DEMO (Dewang-Mosha) pengin segera berjumpa.
Sabar dong sayang.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Terima kasih yang udah vote cover kemarin. Ini dia hasilnya.
Sambil nunggu cerita terbaruku berikutnya, kamu bisa baca stand alone-nya BIRU-OLITA di LETTERS FROM MY EVIL SISTER di KaryaKarsa ya. Update setiap hari sampai tanggal 7 Maret 2023, Jadi jangan khawatir digantungin.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
oOo
Aku tetap di sana. Dewang menahan tanganku di bawah meja, waktu aku pamit undur diri. Padahal, perdebatan dengan Dewang dan keberadaan Kyle di sini membuatku nggak nyaman.
"Go ahead," kata Dewang pada Kyle. Suaranya terdengar tegas meski matanya menyiratkan kegusaran.
Kyle menatapku sejenak sebelum berjalan lambat dan duduk di salah satu kursi. Dia mendorong sebuah amplop pada Dewang. Aku menatap Dewang dan amplop itu bergantian. Kyle cuma kulirik sekilas.
"Saya memenuhi permintaan Bapak di parkiran tempo hari."
Dewang cuma mengangkat alis. Aku turut mengingat kemungkinan apa yang dimaksud Kyle.
"Surat pengunduran diri saya," lanjutan kalimat Kyle membuatku menatapnya lurus-lurus—nggak lagi sekadar melirik.
"Karena kamu dihantui penyesalan setiap kali ketemu Mosha?" Dewang meninggikan dagu.
Kyle memainkan ujung bibirnya. "Silakan saja kalau mau dianggap begitu. Biar Bapak nggak insecure sama saya juga nggak apa-apa." Dia menyilangkan tangannya di dada, menunduk dalam-dalam. "Terima kasih atas pengalaman, bimbingan, dan semua kesempatan yang telah Bapak berikan selama ini."
Semua adegan itu aku saksikan seperti kilasan mimpi. Aku tahu struggling Kyle di Kreativa. Merchandiseradalah sesuatu yang baru baginya, bukan sesuatu yang dia pelajari di bangku kuliah, analisis tren market melalui sekumpulan data set adalah PR besar baginya, dan membuat display produk-produk tersier yang dia sendiri tidak yakin tertarik membelinya karena kebutuhan primer-skunder saja sudah menguras gajinya. Singkatnya, merchandiser bukan pekerjaan impiannya. Namun, dia melakukan semuanya karena Kreativa menawarkan gaji yang lebih tinggi dibanding pekerjaan Kyle sebelumnya. Tentu saja Kyle melakukan semua itu untuk adik dan ibunya.